Pesan Cinta di Mading Sekolah

#Day 10 One Day One Post

gambar dipinjam dari tomyanggara345.wordpress.com
Dear Friends, 
Saya mengenal Mading saat duduk di bangku SMA. Waktu SMP kayaknya sekolah saya belum pernah menyuruh muridnya membuat Mading. Saya ingat dulu setiap kelas bergiliran membuat Mading yang ditempel di depan perpustakaan. Kreatif dan lucu-lucu. Di Mading itu biasanya ada yang menulis puisi, membuat karikatur, cerita bergambar, artikel singkat, menulis hobi, profil siswa teladan, profil guru dan berbagai info pengetahuan umum lainnya. Eh, tapi ada juga lho yang menulis cerita cintanya. Yah..cinta-cintaan ala anak remaja gitu lah. Pas saling jatuh cinta, saling berbalas puisi cinta. Eh, pas sudah putus saling menyindir. Apalagi kalau sang mantan punya pacar baru lagi. Wah, Mading jadi seperti ajang buat "war" mereka. Hehe.

Suatu hari, ada yang menarik dari Mading yang ditempel di depan perpus. Ada gambar karikatur yang menjadi pusat perhatian. Karikatur itu menggambarkan seorang satpam dengan berbagai pose. Ada karikatur yang menggambarkan si satpam yang sedang berdiri memegang tongkat pemukul di depan gerbang sekolah, ada juga satpam yang sedang memegang tali yang diikatkan ke leher anak-anak sekolah.  Memang saat itu si satpam sedang menjadi pusat perhatian. Pertama, karena baru kali ini sekolah merekrut seorang satpam. Kedua, karena satpamnya terlalu ganteng untuk jadi satpam. Iya, pak satpam ini pantesnya jadi model. Putih, tinggi dan ganteng maksimal. Sampe banyak yang klepek-klepek sama pak satpam ini. Haha. Kadang saya dan teman-teman cewek kadang sengaja duduk berlama-lama di depan kelas demi melihat pak satpam yang ganteng. Kebetulan kelas saya dekat dengan pos satpam, jadi bisa ngecengin pak satpam setiap saat. Sepertinya memang satpam baru di sekolah saya sedang jadi trending topik. Yang cowok-cowok merasa tersaingi oleh kegantengan pak satpam sekaligus merasa terintimidasi karena tidak bisa bolos dan loncat pagar lagi. Yang langganan telat juga harus pasrah menunggu gerbang dibuka lagi sama pak satpam di jam kedua pelajaran. Kondisi ini membuat murid-murid banyak yang protes. Kenapa sih harus ada satpam? Kenapa sih harus mas eh pak itu yang jadi satpam. Kan para cowok jadi kalah pamor sama pak satpam. LOL.

Protes pada pak satpam dilanjut ke Mading melalui karikatur. Ada yang nekat menggambar karikatur satpam dengan kata-kata yang kurang pantas, meskipun tidak lama kemudian gambar karikatur itu diturunkan kembali. Disaat hampir semua tulisan di Mading menghujat pak satpam, ada juga lho yang menulis puisi cinta untuk pak satpam. Sebuah puisi cinta yang tak memiliki nama penulisnya. Puisi yang menyiratkan ada cinta pada pak satpam. Hihi..lucu juga. Tidak ada yang tahu siapa yang menulisnya. Bahkan pada kelas pembuat Mading. Tahu-tahu puisi itu sudah tertempel di sana. Pengirim puisi cinta buat pak satpam masih menyisakan misteri. Saya dan teman-teman sempat menduga, yang menulis puisi itu embak petugas perpus. Haha. Tapi nggak tahu juga, sih. Namanya aja menduga-duga. 

Beberapa waktu yang lalu, di grup WA SMA saya kembali membicarakan pak satpam. Sudah hampir 20 tahun berlalu, topiknya masih aja pak satpam. Pak satpam yang sudah pensiun kini malah jadi Kepala Desa di desanya. Mantap kan. 
By the way, cerita Mading malah jadi nyeritain pak satpam yak. Hadooh. LOL

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Apa kabar pak Satpamnya skrg ya, mba? Apa masih inget kejadian dulu? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..kata temanku sih masih, soalnya pak satpam nya jadi kepala desa nya temanku itu..:p

      Hapus
  2. Soal.Mading, saya punya pengalaman memalukan sewaktu SMP.. hikss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..pengalaman tak terlupakan pastinya ya mb Witri :D

      Hapus
  3. antara mading dan pak satpam ya mbak ceritane :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho oh..hihi, beberapa minggu topiknya satpam terus :D

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com