Thanks Allah I'm Alive (2)

#Day 5 One Day One Post

Dear Friends,
Maret kemarin adalah bulan spesial buat saya. Tahu kan, karena bulan ini adalah bulan dimana saya merayakan kelahiran saya. Bulan ini juga saya membuat Giveaway untuk pertama kalinya. Alhamdulillah ternyata banyak yang merespon positive hajatan saya ini. Ada sahabat yang menyupport dengan menjadi sponsor, banyak juga yang menjadi peserta. Duuh...terharu biru saya. Oh iya...tema giveaway saya adalah "Sejarah Hidup". Iya..karena giveaway ini dalam rangka milad, makanya saya ambil tema sejarah hidup. Peserta cukup menceritakan sejarah hidup mereka sendiri. Semacam otobiografi gitu, deh. Hanya saja dalam bentuk singkat. Melihat antusiasme teman-teman yang ikut giveaway, saya jadi ingin juga menceritakan sekelumit sejarah hidup saya. Boleh doong, narsis dikit. *LOL


Tanggal 17 Maret  saya lahir di sebuah kota kecil, Purworejo. Saya terlahir sebagai sulung dari 5 bersaudara, hanya saja salah satu adik saya meninggal sejak kecil karena leukimia. Oleh orangtua, saya diberi nama Ika Puspitasari yang konon artinya adalah anak pertama yang cantik seperti bunga. Plis jangan muntah, yak. *LOL. Itu kan harapan orangtua saya, kalau harapan mereka nggak sesuai sama kenyataannya..ya bukan salah saya doong. Haha. Karena dulu masih jarang bidan atau dokter kandungan, Ibu melahirkan saya dibantu oleh dukun beranak (dukun bayi). Ini nih...yang sering jadi bahan olokan adik-adik saya. Kata mereka "ya maklum laah kalo mb Ita (nama panggilan saya) kayak gitu, wong lahirnya aja cuma dibantu dukun beranak". Maksud loe?? Trus mereka tertawa. Puass banget kayaknya. Dari semua anak-anak Bapak Ibu, cuma saya yang lahirnya dibantu dukun. Sedangkan kelahiran adik-adik saya dibantu oleh bidan. Sebenarnya saya mau protes sama orangtua saya, kenapa sih saya lahirnya dibantu dukun? Kok nggak dibantu sama bidan, gitu.

Masa Taman Kanak-kanak 

Masa kecil saya cukup bahagia. Saya masih mengingat dengan baik ketika adik saya meninggal karena leukimia tahun 1981. Saat itu saya berumur 2 tahun. Melihat adik saya dibaringkan diatas meja, saya spontan memberikan dot yang kemudian saya masukkan ke mulut adik saya. Saya pikir adik saya sedang tidur, ternyata dia sudah jadi jenasah waktu itu. Saya ingat, ada ibu-ibu yang kemudian menggendong saya dan menjauhi meja. Selisih umur saya dan almarhumah adik saya hanya setahunan. Meski kehilangan adik satu, Ibu masih memberi saya adik yang lain lagi di tahun 1983, 1988 dan 1998. Saya juga masih ingat, sering diajak Bapak bekerja mengambil pasir atau batu di daerah Yogyakarta. Bapak saya adalah sopir truk yang pekerjaannya mengangkut pasir, batu kali dan krakal untuk bahan bangunan. Paling senang kalau sedang menunggu para buruh mengangkut batu, saya bisa bermain-main di sungai. Sejak kecil saya sudah dilatih untuk mandiri oleh orangtua saya. Ketika mendaftar TK saya tidak ditemani oleh Ibu karena waktu itu Ibu melahirkan adik saya yang kedua. Saya hanya dibekali selembar surat dan uang untuk mendaftar. Saya hanya berjalan mengikuti ibu-ibu yang mendaftarkan anak-anaknya. Bahkan masih banyak anak-anak mereka yang masih digendong. Umur saya yang masih 4 tahun waktu itu akhirnya bisa juga mendaftar sekolah sendiri. Jadi ingat guru TK saya bu Lilik, bu Arsi, bu Sri yang murah senyum. Ternyata saya juga seperti ibu lho, pernah jadi guru PAUD.

Masa Sekolah Dasar

Setelah 2 tahun lamanya duduk di bangku TK, akhirnya saya masuk Sekolah Dasar. Tahun 1985. Setiap hari saya dan teman-teman berjalan kaki dari rumah ke sekolah sejauh 2,5 km. Mungkin ini sebabnya betis saya jadi besar. Haha. Berjalan kaki 5 km setiap hari. Hebat kan. Selama duduk di bangku Sekolah Dasar kemampuan saya benar-benar di eksplor. Entah kenapa saya selalu dipilih untuk mewakili sekolah di beberapa perlombaan. Saat duduk di kelas 3, saya mewakili sekolah untuk lomba Tilawatil Qur'an. Setelah itu berturut-turut lomba puisi, macapat, gerak dan lagu, pesta siaga hingga tingkat Propinsi. Beberapa kali pula saya memenangkan dan mendapat piala. Sayangnya dulu tidak ada dokumentasi, jadi tak ada bukti atau kenangan yang bisa perlihatkan. Sayangnya meski sering memenangkan lomba, prestasi saya dibidang akademik biasa-biasa saja. Belum pernah saya mendapat rangking 1. Lebih sering rangking 5 besar sih. Bahkan hanya mendapat rangking 6 saat kelulusan SD. Masa ini juga saya anggap masa paling full dengan kegiatan-kegiatan. Bayangkan saja, setelah pulang sekolah saya sudah punya jadwal main dengan teman-teman. Memanjat pohon kecik, pohon asem yang tinggi sanggup saya lakukan. Mandi di sungai, main ketapel, main layangan sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Jangan heran kalau kulit saya ini paling legam diantara 3 saudara saya yang lain. Bisa juga dibilang kulit badak karena luka-luka yang menghiasi sekujur tangan dan kaki saya *ngaku. Seperti biasa selepas ashar, saya sudah harus berangkat mengaji hingga isya. Setelah itu harus belajar. Tidak boleh tidak. Tidak ada alasan capek atau ngantuk. Malam hari saya juga nggak boleh nonton TV (eh dulu di rumah belum punya TV ding, kalo nonton di rumah tetangga). Haha.
Di masa SD ini juga saya mendapat kenang-kenangan yang hingga kini masih berbekas akibat kenakalan saya. Yang pertama, tangan kiri saya patah karena terjatuh dari pohon melinjo setinggi 3 meter. Akibatnya tangan kiri saya sedikit bengkok. Tak berapa lama setelah itu, pipi kanan saya dan bibir saya harus mendapat beberapa jahitan karena tertancap pisau dapur yang saya bawa saat main dan terjatuh. Hingga sekarang luka itu masih berbekas. Saya ingat, dulu Ibu sampai shock melihat wajah anak perempuannya harus berhiaskan jahitan begitu rupa. Mungkin Ibu takut kalau saya nggak laku kali, ya. Haha. Tapi kekhawatiran Ibu tidak terjadi. Nyatanya masih ada juga yang suka sama saya kok. Bahkan malah ada yang mengajak saya nikah muda. Hihi.. Sudah kebayang kan, seperti apa kelakuan saya waktu kecil? Kata Bapak dan Ibu, diantara 4 bersaudara hanya saya yang memiliki kelakuan yang sering membuat orangtua khawatir. Duuh, maafkan anakmu ini Pak, Buk. Dan sekarang, kenakalan eh...keaktifan saya itu menurun pada anak kedua saya. Saya sering dibuat shock sama dia. Aaah...ternyata begini ya rasanya jadi Ibu yang punya anak hiperaktif. I feel you, Buk ... I Feel You *malah jadi kangen Ibuk. Hiks :'(

Masa Remaja

#SMP
Tahun 1991 saya lulus Sekolah Dasar. Nilai saya tidak jelek, tapi tidak cukup bagus untuk masuk ke SMP favorit. Akhirnya saya masuk ke SMP N 4 Purworejo (sekarang SMP N 6). Saya mulai memiliki sahabat dan mengikuti  ekstra kurikuler karawitan dan bina vokalia (ensemble). Sejak dulu saya memang memiliki ketertarikan pada musik dan vokal, termasuk musik tradisional. Sayangnya saat kelas 2 SMP, saya harus pindah ke Bangkalan Madura ikut Bulik (adik kandung Ibu). Meski awalnya sulit, tapi akhirnya saya bisa juga beradaptasi dengan bahasa dan budaya Madura. Saya akhirnya diterima di SMP N 5 Bangkalan. Sebagai anak baru, kadang ada juga yang usil mengerjai saya. Biasanya sih mereka suruh saya menirukan kata-kata memakai bahasa Madura. Saya baru nyadar kalo ada yang tertawa terbahak-bahak setelah saya menirukannya. Padahal yang saya tirukan adalah kata-kata jorok. Hayoh loh, bukan salah saya doong. Mana saya tahu kalau artinya jorok? Pernah juga, ada kakak kelas yang mengerjai saya. Entah bagaimana ceritanya saya bisa terhasut untuk mengatakannya. Saya disuruhnya bilang begini "Engko' tero de' be'eng ". Begitu terus sebanyak 3 kali. Bodohnya saya menuruti saja perintahnya. Yaa dia kan pengurus OSIS, jadi saya agak segan padanya. Saya baru ngeh kalimat itu berarti "aku suka kamu" setelah dia teriak "Wooii...Ita suka sama aku". Waah...muka saya langsung kayak kepiting rebus kali saking malunya. Setelah itu saya nggak mau lagi kalau di suruh menirukan kata-kata mereka. Takut terjebak lagi. Meski anak pindahan, saya juga aktif di berbagai kegiatan sekolah. Terutama kegiatan OSIS dan ekstra kurikuler. Selama sekolah di Bangkalan sudah 4 kali saya mewakili sekolah dan Kabupaten Bangkalan untuk lomba. Tahun 1993, saat duduk di kelas 2 saya mewakili sekolah untuk mengikuti Lomba Bahana Suara Pelajar yang diadakan oleh TPI (sekarang MNC TV) dan lomba menyanyi keroncong. Sayangnya saya hanya mendapat juara 2 jadi tak bisa berlanjut ke tingkat Propinsi. Yang menjadi juara 1 adalah Anies Fitria, yang memang sudah menjadi penyanyi profesional sejak kecil. Teman-teman yang asli Madura pasti kenal dong dengan Anies Fitria. Tahun berikutnya, 1994 saya ikut lagi Lomba Bahana Suara Pelajar II, dan masih saja juara 2. Tapi untuk lomba menyanyi keroncong saya berhasil menjadi juara 1 dan mewakili Kabupaten Bangkalan ke tingkat Propinsi. Kebetulan waktu itu saya dan beberapa teman berkompetisi  BAPOPSI yang diselenggarakan di Kediri. Sayangnya saya tidak mendapat juara waktu itu. Sebenarnya , kalau saja keluarga mengijinkan ada kesempatan dan jalan buat saya untuk menjadi penyanyi waktu itu. Waktu itu saya sempat tampil sebagai penyanyi penggembira bagi penyanyi-penyanyi besar seperti Mel Shandy, Achmad Albar di Taman Remaja Surabaya. Tetapi keluarga hanya mengijinkan saya menyanyi untuk kepentingan kompetisi bukan sebagai pekerjaan. Ya sudahlah.

#SMA
Tahun 1994, saya lulus SMP dan kembali lagi ke Purworejo. Sebenarnya saya mulai kerasan tinggal di Bangkalan, tapi orangtua lebih membutuhkan saya di Purworejo. Alhamdulillah saya diterima di SMA 3 (sekarang SMA 7). Saya bertemu lagi dengan teman-teman sekolah dulu dan memiliki teman-teman baru. Masa SMA ini saya lewati dengan penuh keprihatinan, karena keluarga saya tak putus dirundung kemalangan. Masa inilah saya mendapat banyak pelajaran berharga. Saya belajar tentang bagaimana harus menjadi perempuan yang kuat dan tangguh dari Ibu. Beliaulah yang mengajarkan saya bagaimana menghadapi dan menerima kenyataan dengan kuat. Tidak cengeng. Ibu tak malu ketika harus berjalan menyusuri sawah menjajakan dagangannya untuk ditukar gabah. Ibu tak mengeluh meski tubuhnya bermandi peluh. Duuh...beneran, ini bagian tersedihnya deh.
Mungkin ini juga yang menyebabkan masa SMA ini saya tak memiliki prestasi apapun. Saya kadang ikut menyanyi dengan beberapa grup band. Tergantung siapa yang mengajak saya menyanyi. Disinilah kadang saya diam-diam menerima honor. Tidak banyak sih. Hanya berkisar 15 hingga 30 ribu. Kenapa begitu? Karena saya butuh uang. Kondisi ekonomi orangtua yang sedang carut marut membuat saya tak tega kalau minta ini itu pada mereka. Bahkan untuk membayar SPP yang hanya Rp 15.000,- masih sering terlambat. Rasanya ingin sekali saya cepat-cepat lulus, agar beban orangtua saya berkurang. Saya juga terpaksa sering berbohong pada orangtua kalau sedang mendapat job nyanyi, karena mereka tidak suka saya menyanyi untuk mencari uang. Pernah suatu hari, Bapak, Ibu dan beberapa saudara menjemput paksa saya ketika mendapat job menyanyi. Padahal saya baru menyanyi 2 lagu, tapi dipaksa pulang. Duuh, malu juga waktu itu. Untungnya leadernya baik hati, dia tetap memberi honor meski saya hanya menyanyi 2 lagu. Setelah itu kalau ada yang mengajak saya menyanyi selalu saya minta untuk meminta ijin pada Ibu saya. Benar saja, setelah itu kegiatan nyanyi saya lancar-lancar saja. Bahkan saya diperbolehkan menyanyi di kecamatan dan kabupaten meskipun malam hari. Tentu saja dengan orang-orang yang sudah dipercaya. Tahun 1997 akhirnya saya lulus juga. Nilai saya tidak bagus, tapi juga tak terlalu jelek. Ada rasa sedih yang tersimpan, karena saya tahu saya tak akan bisa melanjutkan sekolah (kuliah). Meski begitu, saya tetap mencoba mendaftar di STAN yang notabene bebas biaya kuliah. Sayangnya saya gagal. Saya memupus keinginan saya untuk kuliah dan memilih untuk bekerja.

Masa Bekerja

Selepas SMA, saya tidak langsung mendapatkan pekerjaan setelah gagal masuk STAN. Menganggur beberapa bulan, Tante menawari saya bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Saya langsung setuju begitu tahu pekerjaan saya nantinya adalah jadi Staff Administrasi Produksi. Tante mentraining saya dan memberi tahu apa job desk saya nantinya. Masuk dunia kerja benar-benar membuat saya belajar banyak hal, terutama dalam hal pergaulan. Saya sudah di wanti-wanti untuk membatasi diri dalam bergaul. Iya lah, karyawan-karyawan tempat saya bekerja rata-rata sudah berusia diatas saya. Saya sendiri baru 18 tahun waktu itu. Usia dimana seharusnya masih senang-senangnya bergaul. Di kantor saya memiliki teman yang cukup dekat. Mereka menganggap saya ini adik bungsu, jadi kadang mereka sering mencurangi saya. Termasuk ketika harus menerima telpon dari luar negeri atau menemani Grader melihat kayu. Tapi ada untungnya juga sih. Saya jadi kenal dengan Bill. Ingat cerita saya tentang si Bule dari Kanada yang membuat saya mati-matian belajar bahasa Inggris kan? Atau Ken, bule Jepang yang memberi saya sweater berwarna marun yang entah dimana kini. Masa-masa kerja ini juga masa dimana saya jatuh cinta setengah mati pada seseorang dan patah hati. Hiks. Karena patah hati inilah saya keluar dari perusahaan pertama dan menenangkan diri sejenak. Nganggur lagi. Tapi tak lama setelah itu saya mendapat panggilan kerja, padahal saya nggak pernah melamar kerja. Rupanya sahabat saya yang telah merekomendasikan saya di salah satu perusahaan. Masih perusahaan kayu, dan masih di lokasi yang sama. Hanya saja, pemiliknya yang berbeda. Di perusahaan inilah saya bertemu dengan jodoh saya. Uhuk. Saya tak pernah menyangka, orang yang menginterview saya akan menjadi suami saya kelak. Padahal sejak awal saya tak pernah suka padanya karena orang ini (yaampuun..hihi) bukan tipe saya banget. Uniknya di perusahaan ini saya adalah staff perempuan satu-satunya. Benar-benar seperti perawan di sarang penyamun, deh. Di perusahaan ini saya menerima gaji yang lebih besar dari perusahaan pertama. Apa mungkin karena HRD nya naksir saya ya? Ihiir. Pekerjaan saya sedikit berbeda. Saya menjadi staff HRD. Kata teman-teman saya, sebenarnya ini modus si HRD supaya saya bisa satu ruangan dengan saya dan pedekate dengan saya. Modus lainnya adalah dengan mengantar jemput saya dan mengajari saya mengemudi. Pinter banget kan dia? *LOL

Menikah

Setelah menjalin hubungan cukup lama, akhirnya saya dilamar juga. Dengan persiapan yang cukup singkat kami menikah tanggal 5 Februari 2000. Setelah menikah saya diboyong ke pondok mertua indah di Semarang dan hanya tinggal di rumah. Karena bosan berdiam diri di rumah, saya mengikuti kursus di Lembaga Pendidikan Guru Bahasa Inggris selama 1 tahun. Saya juga memberi les pada anak-anak sekolah di rumah. Tahun 2003 hingga 2005 saya mengajar di sebuah sekolah dasar di Purworejo. Hampir 2 tahun saya tinggal berjauhan dengan suami. Tetapi karena sesuatu hal, akhirnya saya mengundurkan diri dan mulai mengajar di sebuah TK di Semarang. Tak berlangsung lama, tahun 2008, Ibu yang mulai sakit-sakitan meminta saya untuk tinggal di Purworejo agar bisa merawat beliau. Setelah hampir 3 bulan dirawat akhirnya Ibu meninggal pada tanggal 17 Oktober 2008. Saya kembali tinggal berjauhan dengan suami. Saya tinggal di Purworejo untuk menemani Bapak dan adik bungsu yang waktu itu masih SD. Sedangkan suami tinggal di Semarang dan pulang tiap 2 minggu sekali. Tahun 2009 saya kuliah lagi atas dorongan dan saran dari keluarga besar. Sambil kuliah saya mengajar di PAUD yang saya dirikan sendiri di desa saya.



 

Tahun 2013, begitu lulus kuliah suami meminta saya untuk tinggal di Semarang. Kebetulan rumah kami sudah berdiri dan bisa ditempati meski pembangunannya belum selesai secara sempurna. Tak apalah, yang penting bisa melindungi keluarga kecil kami dari panas dan hujan. Lagi-lagi saya harus meninggalkan pekerjaan saya sebagai pendidik demi keluarga saya. Meski begitu saya bahagia, karena akhirnya kami bisa tinggal bersama lagi. Selama hampir 3 tahun tinggal kembali di Semarang, saya benar-benar menjadi full time mother. Nyaris kegiatan saya hanya berkutat di urusan rumah tangga. Hingga akhirnya setahun lalu saya mulai aktif ngeblog dan bergabung dengan berbagai komunitas. Kini saya sudah mulai enjoy dengan passion baru saya di dunia menulis dan menjadi blogger professional (wannabe).
Takdir manusia adalah murni hak Allah. Kita hanya perlu menjalaninya dengan ikhlas dan lapang dada. Meski jalan yang kita lalui tak selalu lurus dan mulus, tetapi suatu hari kita akan sampai pada tujuan juga kalau kita  tetap pada jalur yang sudah ditentukanNya. Apa yang terjadi pada diri saya hingga hari ini, saya hanya mampu berucap syukur kepada Allah. Thanks Allah, I'm Alive.


Posting Komentar

25 Komentar

  1. Ehem, mba Ika seneng nyanyi dong ya? Harusnya pas di Semarang ditodong nyanyi di fb9 wekeke :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...penyanyi jadul mb Ila, kapan-kapan kalo kopdar lagi yak :D

      Hapus
  2. Mbakkk ika happy milad. Maaf kalau telat. Hari lahirnya mbak ika sama dengan hari lahir bapak saya dan asinan blogger lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..makasih mbak Ev.., kayaknya dulu pernah ngucapin deh.. :D

      Hapus
  3. Perjalanan hidup Mbak Ika keren sekali, penuh liku-liku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penuh liku-liku dan ketegangan ya mbak Rani :D

      Hapus
  4. Ya ampuuun, horor banget sih mba Ika, soal pisau dapur itu. Kok bisa sih mba?
    Kebayang lah gimana cemasnya orangtua anak perempuannya terluka begitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..iya horor banget, makanya sekarang penampakanku ya beginiii..:D

      Hapus
  5. Jadi tahun lahirnya berapa, Mbak? Wkwkwk sukses selalu ya, Mbak. Berkah :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mmm..tahun berapa ya? wkwkwk..lahacia :p
      btw makasih yaa ;)

      Hapus
  6. Tahan napas lagi baca pisau itu. Berwarna warni ya masa kecilmu, sempat pula jadi penyanyi. Kopdar berikutnya kudu nyanyi nih, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..aduuh jadi ketahuan deh..:D
      karaokean dong mb Wati :D

      Hapus
  7. Kalau tahun 1991 lulus SD saya lulus SMA, berarti kita terpaut kurang lebih 6 tahun dong mbak Ika. Jadi tahu deh berapa usia mbak Ika kira-kira, hehe

    Dari kecil sudah terlihat kemandirian dan kerja keras lho mbak, jadi pantas kalau sekarang sudah jadi blogger profesional, karena usaha yang gigih dan pantang menyerah. Semoga saya juga termotivasi ya mbak hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..yaaah ketahuan deh umurnya berapa. Semoga kita semua bisa menjadi blogger profesional ya mbak Anjar :D

      Hapus
  8. Barakallah Mba Ika..

    Keren sekali.. sejak kecil sudah banyak prestasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..makasih mb Arina, sama dengan dirimu to?

      Hapus
  9. Pengen denger mbak ika nyanyi deh. Kapan2 kalo kopdar harua ditanggap ketoe ki ;)

    BalasHapus
  10. Orang pisces itu darah seninya tinggi... Katanya... Ya Allah BSP.. Dulu pengen banget ikut itu... Tp sama ortu cm boleh nyanyi di kamar mandi wkwkwk...

    Dipikir2 kita bny kesamaan yaa.. Bpkku jg sopir tp sopir bus hihi...

    Huhu hidup memang awesooooomeeeeee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss mb Marita...ternyata ya, pantes aja begitu ketemu kita langsung cucok deh..hihi

      Hapus
  11. dari kecil udah mandiri ya mbak so sweet....

    BalasHapus
  12. baru baca mbakyu....weee lhaaa trnyt smp sama sma nya kita sama ya mbk, cuma aku agak mudaan hihiii :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com