Sekolah di SMK, Kenapa Tidak?

Dear Friends,
Kalau ada orangtua yang sibuk jelang, saat hingga pasca PPDB mungkin saya adalah salah satunya. Mulai dari memilih sekolah, melakukan pendaftaran online, verifikasi data, memantau jurnal hingga daftar ulang. Bahkan PPDB ini penuh drama (lebay dikit lah), karena sempat berpindah-pindah sekolah hingga akhirnya si kakak menemukan sekolah yang tepat untuknya. Drama PPDB ini bahkan mempengaruhi mood saya untuk ngeblog. Haha *cemen banget yak. 

Drama PPDB berawal dari rasa percaya diri si kakak dan saya untuk mendaftar di SMA Negeri dekat rumah. Bila dilihat dari jumlah nilai UN, bisa dipastikan si kakak bisa lolos masuk ke SMA Negeri tersebut. Apalagi dalam jurnal, nama si kakak masuk urutan aman. Tapi saat pengumuman hasil seleksi, saya kaget bukan kepalang. Pasalnya saya tak menemukan nama si kakak di daftar siswa yang lolos seleksi. Padahal ada beberapa siswa yang nilai UN nya di bawah si kakak tapi lolos seleksi. Usut punya usut ternyata ada kebijakan baru yang mewajibkan sekolah negeri harus menerima siswa dari golongan tidak mampu (memiliki kartu miskin) sebanyak 15% dan siswa dari luar rayon sebanyak 5% walau nilainya kurang. Meski kecewa karena tidak ada sosialisasi dari pihak sekolah, tapi ya sudahlah. Mungkin rezeki si kakak bukan sekolah di SMA Negeri. 

Tak ingin berlarut-larut dalam kekecewaan, saya dan kakak mendaftar ke sebuah sekolah swasta berbasis agama yang cukup terkenal di Semarang. Sayangnya kuota siswa yang diterima di sekolah tersebut sudah terpenuhi, jadi mau tidak mau saya harus segera mencari sekolah lain. Sempat putus asa dan merasa bersalah pada si kakak, karena tidak bisa mencari sekolah yang terbaik untuknya. Hingga akhirnya tiba-tiba si kakak minta di daftarkan di SMK Farmasi. Saya sempat ragu untuk mendaftarkan si kakak di SMK Farmasi mengingat untuk masuk kesana harus melalui tes dan hasilnya di akumulasi dengan nilai rapor dari semester 1 hingga semester 5. Bismillah si kakak mantap masuk  SMK Farmasi. Setelah mendaftar dan mengikuti tes sesuai prosedur, akhirnya kakak lolos menjadi siswa SMK Farmasi. Alhamdulillah. 

Salah satu kegiatan di SMK Farmasi
SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan dirancang untuk melahirkan lulusan yang siap bekerja. Untuk mencapai tujuan itu, kurikulum SMK memasukkan mata pelajaran yang relevan dengan kesiapan karier seperti teknologi dan perancangan, teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan, agribisnis dan teknologi pertanian, perikanan dan kelautan, bisnis dan manajemen, pariwisata, seni kriya dan seni pertunjukan. Kebetulan si kakak masuk SMK Farmasi, artinya setiap hari akan di jejali dengan kurikulum yang berhubungan dengan kesehatan. Jadi selama 3 tahun nanti, kakak akan fokus mempelajari semua hal yang berhubungan dengan farmasi dan kesehatan. 

Sebenarnya 20 tahun yang lalu, sesaat setelah lulus SMP sempat terbersit keinginan saya untuk masuk ke SMK. Kalau dulu istilahnya STM, SMEA atau SMKK. Tapi keluarga tak mengizinkan dengan alasan lulusan STM, SMEA atau SMKK akan susah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Tapi kini lulusan SMK bisa masuk perguruan tinggi mana saja, lho. Saya bahkan sudah memiliki bayangan, akan kemana si kakak selepas SMK nanti. Sekolah di SMK, kenapa tidak?
Aah, semoga saya dan suami mampu mengemban amanah ini dan bisa mengantarkan kakak hingga mampu meraih cita-citanya. Aamiin.




Posting Komentar

12 Komentar

  1. saya juga lulusan SMK yang siap bekerja :) SMK BISA!! bisa apa ? bisa segala bidang pekerjaan :) contoh nya saya lulusan smk jurusan otomotif *ehh sekarang kerja nya di bidang komputer :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip lah..., yang pasti lulusan SMK itu siap bekerja karena sudah memiliki ketrampilan lebih.

      Hapus
  2. Mas Raden bisa kerja kayak sekarang berkat ilmunya pas di SMK dulu, Mbak. Padahal kuliahnya jurusan sosial politik, jadi sekolah di SMK why Not ya ? hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah tuh...bukti nyata kan ya, kalo lulusan SMK itu bisa. Bisa apa aja :D

      Hapus
  3. Masya Allah cobaanmu lebih banyak dari aku ya mbak, kirain aku udah yg kyk apa anakku kelempar-lempar di menit terakhir. Kalau di Jogja memang sdh bbrp tahun tiap sekolah dijatah murid KMS (tidak mampu). SMK Farmasi itu keren banget, aku dulu pernah punya cita2 masuk SMK Farmasi trus lanjut Sekolah Tinggi Farmasi, tp malah kepincut ajakan teman2 milih yg umum2. Coba kalau dulu aku keukeuh, meski seandainya nggak kerja juga, seenggaknya punya ketrampilan yg bersifat teknis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Lusi, entahlah tiba-tiba si kakak minta sekolah di SMK Farmasi. Dan sungguh Allah maha besar, si kakak bisa lolos dan sekarang sekolah di sana, di SMK Farmasi terbaik di Semarang. Alhamdulillah :)

      Hapus
  4. Kalo soal prosentasi siswa yang diterima, itu aturannya udah lama kok mbak. Tapi malah asik tuh sekolah di SMK, hikmah nggak diterima nih bisa sekolah di temapt yang keren. Ntar kalo mau jemput, mampir rumahku dulu aja, kan deket banget tuh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu yang aku belum tahu mbak, soal prosentase penerimaan siswa didik baru itu. Hikmahnya bisa sekolah di tempat yang keren, betul banget hehe.
      Kapan-kapan aku mampir yo mbak.. :D

      Hapus
  5. smk bagus kok mbak..apalagi yang farmasi..mempengaruhi ngeblog juga ya mbak he3...selamat ya kakak masuk smk farmasi..byk kok menteri2 yang juga lulusan dari farmasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Nigrum, alhamdulillah si kakak nggak salah pilih. Minta doanya ya..
      situasi kemrin itu bener2 mempengaruhi semangat ngeblog saya juga. Untunglah sekarang mulai semangat lagi..

      Hapus
  6. SMK sekarang lebih baik ya Mba, baik kualitas maupun kesempatan setelah lulus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ety, makin banyak juga perusahaan-perusahaan yang mau menampung lulusan SMK

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com