Guru-guru Musik Favoritku

Dear Friends,

Tiap tanggal 25 November, kita memperingati hari Guru Nasional. Yups, Hari Guru Nasional ternyata telah dicetuskan sejak tahun 1994 sesuai dengan keputusan presiden. Berdasarkan Keppres Nomor 78 Tahun 1994 dan juga di UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, 25 November dipilih sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati bersamaan dengan ulang tahun PGRI. 

Ngomong-ngomong soal Guru, saya terlahir dari keluarga Guru loh. Meskipun orangtua saya bukan Guru, tapi Eyang Kakung dan Eyang Uti adalah Guru. Pakde saya Dosen (bisa disebut Guru juga, kan) dan Bulik saya juga guru. Saya sendiri pernah menjadi Guru selama kurang lebih 10 tahun. Saya pernah mengajar di SD dan PAUD. Tapi pada tahun 2013 saya terpaksa mundur dari dunia pendidikan karena harus ikut suami di Semarang. Ya sudah lah, mungkin saya tidak ditakdirkan menjadi Guru seperti leluhur saya. Sekarang sih, jadi gurunya anak-anak aja deh.


Kalo ditanya pengalaman berkesan bersama guru, banyak banget. Terutama ketika masih duduk di bangku SD dan SMP. Semasa SD ada dua guru yang paling saya favoritkan yaitu guru kelas 1 dan guru musik. Bu Yuli adalah wali kelas 1 yang sabar dan lucu. Beliau mengajarkan kami, murid-muridnya menulis dan membaca dengan sabar.  Selama jam pelajaran beliau selalu menyelipkan cerita-cerita lucu yang membuat murid-muridnya makin semangat belajar.

Saat duduk di kelas 1 sampai 3 SD, saya selalu rangking 3 besar (tapi belum pernah rangking 1, sih). Mulai kelas 3, sudah sering diikutkan lomba. Ya lomba baca puisi, lomba baca Al-Qur'an, lomba menyanyi terutama tembang Jawa. Sejak itu hingga kelas 6, saya pasti tak pernah absen ikut lomba (kayak nggak ada yang lain aja), sampai-sampai banyak teman yang niteni *ini bahasa Indonesianya apa ya? LOL.

Sejak kecil sering diikutkan lomba nyanyi inilah yang jadi cikal bakal hobi saya di bidang tarik suara. Berbagai jenis lomba tarik suara pernah saya ikuti. Seriosa, keroncong, nembang Jawa, campursari, qasidah, pop, dangdut pernah saya ikuti. Ada 3 orang yang sangat berjasa dalam mengajari saya teknik menyanyi. Saat SD saya berlatih teknik menyanyi dengan pak Muridan. Beliau ini sudah sepuh tapi suaranya bagus seperti suaranya Broery Marantika, loh. Beliau ini cenderung keras saat mengajar. Salah nada atau blero dikit aja, bakalan ada suara menggelegar dan gebrakan di meja. Tapi saya bersyukur karenanya saya bisa menguasai (nggaya dikit) beberapa teknik menyanyi. Misalnya bagaimana saat menyanyi seriosa, bagaimana saat menyanyi keroncong, pop bahkan dangdut.

Kelas 2 SMP saya pindah ke Bangkalan Madura. Rupanya guru-guru di sana juga mencium bakat menyanyi saya. Saya diikutkan lomba menyanyi di beberapa event. Yang paling berkesan sih waktu ikutan Bahana Suara Pelajar yang diadakan TPI (sekarang MNC) waktu itu. Setelah itu saya dikirim ke lomba BAPOPSI se-Jawa Timur dan menyanyi 2 lagu keroncong. Ada 2 orang guru musik yang mendampingi dan melatih saya selama hampir 2 bulan, namanya Pak Muhammad dan mas Lili (karena masih muda jadi saya panggil mas, hihi). Alhamdulillah saya tidak mengecewakan mereka. Sejak saat itu saya dan guru-guru saya itu intens bertemu, latihan dan manggung di berbagai event. Sayangnya keluarga saya tak begitu merestui saya untuk menjadi penyanyi. Keluarga hanya mengijinkan saya menyanyi hanya untuk lomba saja, selebihnya nggak boleh. Huhu..

Lulus SMP, saya kembali ke Purworejo dan melanjutkan hobi saya menyanyi. Sedih banget karena nggak bisa berlatih bareng guru-guru saya. Saya cukup sering menyanyi di berbagai event, hanya saja saya tidak memiliki guru atau pembimbing. Saya juga jarang mengikuti lomba menyanyi, paling hanya sekali dua kali itupun karena desakan teman-teman band.

Semasa SMA ini saya miskin prestasi, baik di bidang musik maupun akademik. Saya juga tidak memiliki banyak teman, hanya beberapa saja yang cukup dekat hingga saat ini. Saya juga tidak menemukan guru musik yang benar-benar bisa membimbing saya. Di saat itulah rasanya pengen banget kembali ke Bangkalan lagi dan berlatih bersama dua guru musik saya.

Pengalaman dibimbing oleh pak Muridan, pak Muhammad dan mas Lili makin memperkaya pengetahuan saya di bidang seni suara. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi bersama mereka saya jadi tahu bagaimana teknik menyanyi yang sesuai dengan karakter suara saya. Terima kasih pak Muridan, pak Muhammad, mas Lili.

Nah, ini cerita pengalaman paling berkesan bersama guru-guru musik favorit saya mbak Relita dan mbak Yuli Arinta. Saya yakin pengalaman mbak Icha dan mbak Yuli pasti banyak yang berkesan juga ya bersama para guru.


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Wuih keren mb ika, ayo mba diabadikan di you tube, penasaran e sama suara mba ika :). Saya sebenarnya suka jg mb sm dunia tarik suara sayang ndak nyari guru dan tak belajar lebih serius hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...sekarang udah berubah banyak suaraku mbak Icha, nggak pernah latihan lagi

      Hapus
  2. iya mbak bagus di buat video kemudian di upload di youtube, kan bisa nambah penghasilan kalo viewnya banyak, Cover lagu banyak juga di tonton lho..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com