Tragedi Kanjuruhan Tidak Akan Terjadi, Jika...


tragedi kanjuruhan


Dear friends,

Innalilahi wainnailahi rooji'un. Indonesia kembali berduka. Tragedi mengenaskan kembali terjadi pada sepak bola Indonesia hari Sabtu (1/10/2022) malam. Hingga hari ini, dikabarkan sebanyak 131 orang meninggal dunia akibat peristiwa yang menyesakkan dada ini. 

Kerusuhan seolah menjadi hal biasa disaat pertandingan sepak bola di Indonesia. Insiden di Stadion Kanjuruhan ini bermula dari kemarahan suporter tuan rumah yang tidak terima Arema FC yang kalah 2-3 dari Persebaya. Suporter mengamuk masuk ke lapangan, namun dihalau oleh petugas kepolisian.

Saat itulah petugas kepolisian mulai menembakkan gas air mata ke arah suporter, yang awalnya bertujuan untuk menghalau suporter. Tak diduga, ternyata petugas juga menembakkan gas air mata ke arah tribun yang membuat suporter panik dan kocar kacir. 

Penonton yang berada di tribun berlarian untuk menghindari paparan gas air mata. Alhasil, penonton yang panik berhamburan menuju pintu keluar. Sayangnya, sejumlah pintu keluar ternyata terkunci. Penonton kemudian berdesakan hingga kekurangan oksigen dan menyebabkan 131 nyawa melayang. Innalilahi. 😥😥

Aparat yang mulai kewalahan mengendalikan massa di lapangan kemudian bersikap lebih keras terhadap suporter yang membandel. Mereka memukulnya dengan tongkat panjang dan tameng, ada suporter yang dikeroyok, sampai menembakkan gas air mata. Astaghfirullah. 

Kondisi di luar stadion juga dikatakan tak kalah mencekam. Di luar stadion banyak orang terkapar dan pingsan karena efek terjebak dalam stadion yang penuh gas air mata. Ada yang mengatakan bahwa banyak suporter lemas bergelimpangan. Terdengar teriakan makian, tangisan wanita, suporter berlumuran darah, hingga mobil-mobil hancur. Saya pun ikut membayangkan betapa mencekamnya situasi di sana ketika itu. 

Sebenarnya, tragedi Kanjuruhan ini tidak akan terjadi jika semua pihak memahami bahwa sportivitas harus dijunjung tinggi dalam sebuah pertandingan. Menjaga kerukunan dan kedamaian tetap nomor satu. Tak ada sepak bola seharga nyawa manusia. 

Mengajarkan soal kalah menang dalam sebuah pertandingan idealnya diajarkan sejak usia dini. Cara mengenalkannya, adalah ketika anak kalah bantu validasi "kamu sedih ya, aku paham rasanya enggak enak" apapun perasaan anak itu bantu divalidasi dan diterima. 

Jika anak sudah merasa nyaman kita bantu untuk memberi pandangan-pandangan kita mengenai bagaimana memaknai lomba, fokus ke proses bukan ke hasil. Jika sejak anak-anak sudah memahami hal ini, niscaya kejadian di Kanjuruhan tak akan pernah terjadi. 

Tetapi kita tidak boleh menyesali apa yang sudah terjadi. Kejadian di Kanjuruhan harus menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu berhati-hati, waspada dan selalu bersikap bahwa kemanusiaan dan kerukunan harus selalu didahulukan. 

Tragedi di Kanjuruhan merupakan duka besar, bukan hanya bagi dunia sepak bola tanah air, namun juga bagi kemanusiaan.






Posting Komentar

0 Komentar