Peran Babinsa dan PKK untuk Menghapus Stigma Negatif pada OYPMK

penderita kusta

Dear friends,

Pernah dengar kata atau penyakit "kusta"? Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit tropis yang menular melalui Mycobacterium Leprae. Sebutan lain dari penyakit kusta adalah lepra. Saya sendiri terakhir mendengar tentang penyakit kusta, bertahun-tahun lalu, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar puluhan tahun lalu. Saya sempat mengira kalau penyakit ini sudah musnah, ternyata saya salah. Faktanya setiap dua menit, satu orang terdiagnosis menderita penyakit kusta, dan penyakit ini telah menyebabkan disabilitas permanen pada sekitar 4 juta orang. 

Penyakit kusta jika tidak segera diobati akan menimbulkan kecacatan atau disabilitas bagi penderitanya. Menyadari betapa mengerikannya gejala dan akibat yang ditimbulkan oleh penyakit kusta, wajar jika kemudian muncul ketakutan akan tertular di benak orang-orang sekitar. Namun, mengucilkan dan menganggap penyakit ini sebagai sebuah kutukan atau hukuman dari Tuhan, bukanlah hal yang bisa dibenarkan. Untuk itu, edukasi diperlukan baik pada penderita kusta, maupun pada masyarakat luas.


Ruang Publik KBR mengundang Bapak Kapten Inf Shokib  Setiadi sebagai Positer Kodim 0712 Tegal dan Ibu Elly Novita, S.KM, MM sebagai wakil ketua Pokja 4, TP PKK Kabupaten Tegal. Webinar yang dilakukan secara online tersebut mengusung tema Gaungkan Kusta bersama Babinsa dan PKK. 

Kapten Sokhib menjelaskan bagaimana peran Babinsa sebagai bentuk kepedulian terhadap OYPMK. Salah satu hal yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kepada para OYPMK dan memantau setiap daerah yang terjangkit penyakit kusta. Selain itu Babinsa juga memiliki peran aktif dalam mengedukasi masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif kepada OYPMK dan mendampingi mereka agar bisa termotivasi untuk cepat sembuh.

Wakil Ketua Pokja 4 TP PKK Kabupaten Tegal, Elly Novita mengatakan bahwa selama ini masyarakat masih menganggap bahwa penyakit kusta menular dan tidak bisa disembuhkan. Stigma negatif masih terus menempel pada OYPMK sehingga sangat merugikan dan membatasi ruang gerak OYPMK. Padahal kusta sudah bisa sembuh jika diobati sejak dini dan secara teratur. Stigma negatif yang beredar di masyarakat malah bisa menghambat penyembuhan karena ruang gerak OYPMK yang terbatas. 

Untuk itulah peran Babinsa dan PKK diperlukan untuk menghapus stigma negatif tentang penyakit kusta yang kadung beredar di masyarakat. Lebih parah lagi ketika keluarga pasien enggan mengakui kalau di dalam keluarga meraka terdapat OYPMK dan membatasi ruang gerak OYPMK. Mereka bahkan enggan mengajak OYPMK untuk berobat, padahal pemerintah menjamin obat-obatnya secara gratis. 


Terkait peran PKK dalam hal ini, sebelumnya bu Elly menyampaikan bahwa 

''semua materi yang diberikan mengenai kusta sangat berkesan  karena membuka wawasan yang lebih luas lagi mengenai kusta, mulai dari pengertian kusta, gejala, tipe-tipe , pengobatannya, perlakuan terhadap OYPMK seperti apa dan kita punya peran untuk mendeteksi awal. Kita dilatih untuk mendeteksi dan menyampaikan ke masyarakat mengenai kusta" (Bu Elly Novita).

Babinsa dan PKK memiliki peran yang sangat penting dalam membantu menyebarkan informasi mengenai kusta, mengedukasi masyarakat, serta mendorong perubahan sikap dan perilaku terhadap penyakit kusta ini. 

Meski termasuk penyakit menular, tetapi penyakit kusta tidak mudah menular. Dibutuhkan kontak yang cukup lama dan dalam jangka waktu panjang dengan pasien atau OYPMK. Kendati demikian, jumlah pasien kusta masih susah ditekan karena masih adanya stigma negatif hingga diskriminasi di masyarakat.

Bu Elly menjelaskan bahwa  cerita-cerita hoaks seperti ini harus dihadapi dan ditanggapi dengan bijak karena berita negatif terkait pasien dan penyakit kusta cenderung lebih mudah diterima oleh masyarakat daripada berita positifnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami fakta yang sebenarnya dan mengedukasi masyarakat agar mereka memiliki persepsi yang benar mengenai penyakit kusta.

Sedangkan Pasiter Kodim 0712/Tegal, Kapten Inf Shokib Setiadi, mengatakan bahwa diperlukan pendekatan khusus kepada masyarakat untuk menyadarkan mereka tentang stigma negatif terhadap pasien/OYPMK. Pihaknya memiliki metode pembinaan teritorial dan komunikasi khusus dengan masyarakat.

Melalui kegiatan yang santai dan diskusi dengan masyarakat, akan muncul berbagai keluhan. Di situlah keluhan-keluhan masyarakat akan muncul. Intinya, Babinsa dan PKK siap mendengarkan  keluh kesah masyarakat dari berbagai bidang.

Butuh upaya serta kolaborasi yang solid untuk terus melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai penyakit kusta ini, agar Indonesia bebas kusta. 

Posting Komentar

0 Komentar