Muhammad Farid, Wujudkan Keadilan Pendidikan dengan Sayuran



Dear friends,

Pendidikan adalah hak setiap manusia. Namun kenyataannya, pendidikan di masa sekarang butuh biaya yang tak sedikit. Beban biaya pendidikan yang tidak sedikit ini membuat sebagian anak tidak bisa menikmati pendidikan. Sayangnya di negara kita belum siap menjalankan pendidikan gratis ya. Pendidikan yang sama sekali tidak perlu mengeluarkan biaya. 

Beruntung sekali di negara kita masih ada segelintir orang yang peduli akan pendidikan. Dalam situasi yang penuh tantangan ini, ada cahaya harapan yang muncul dari tindakan dan inspirasi seorang tokoh penggerak perubahan, beliau adalah Muhammad Farid. 

Dalam prosesnya, beliau berhasil membangun bukan hanya sekadar sekolah, tetapi sekolah kehidupan bagi anak-anak yang tidak mampu. Ini adalah sebuah kisah inspiratif yang mengajarkan kita bahwa setiap perubahan dimulai dari tindakan nyata, semangat, dan keyakinan. 

Muhammad Farid membuktikan bahwa perubahan dimulai dari mimpi dan keyakinan. Impian-impian besar yang ia tuliskan dalam buku harapannya, dream book, adalah api yang mengantarkannya melampaui batasan-batasan yang menghadang. Beliau percaya bahwa doa adalah daya yang kuat yang akan membimbingnya, bahkan saat tantangan terasa berat. 


Atas dasar keyakinannya itu, akhirnya Muhammad Farid mendirikan SMP Ma’had Alam Banyuwangi Islamic School (BIS) di tengah pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Konsepnya adalah sekolah yang menerima biaya sekolah dalam bentuk sayuran dan doa. Sekolah bayarnya pakai sayuran dan doa? Iya bener, kalian nggak salah baca. Bahkan jika siswa dalam kondisi tertentu, maka tidak perlu membayar sedikitpun alias gratis. 

Meski hanya dibayar dengan sayuran, kualitas sekolah ini bisa diadu. Kurikulum gabungan antara kurikulum modern dan pondok pesantren salafiyah, para siswa mampu menguasai Bahasa Arab dan menghapal Al-Qur’an, bahkan mahir berbahasa Inggris, Jepang, serta Mandarin. Inggris menjadi bahasa pengantar di sekolah. Sepekan sekali mereka melakukan kegiatan outbond di halaman sekolah yang bermanfaat untuk membangun karakter kepemimpinan. 

Muhammad Farid mendirikan sekolah dengan kurikulum kreatif karena sudah merasa tidak cocok dengan metode kuno di sekolah-sekolah umum. Beliau ingin, siswa-siswa yang bersekolah di BIS bukan sekadar tempat mendapatkan ilmu akademik, tetapi juga sekolah kehidupan. Sistem pengajaran di sini tidak hanya tentang pelajaran matematika atau bahasa, tetapi juga belajar tentang pengembangan kepribadian, nilai-nilai moral, dan iman yang kuat. Setiap siswa belajar untuk berkontribusi pada lingkungan sekitarnya, berbagi ilmu, dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan. 

Salah satu pemenang Astra Satu Indonesia Awards tahun 2010 lalu ini telah menginspirasi banyak orang. Dari kisah inspiratif ini, kita belajar bahwa perubahan dimulai dari mimpi, tindakan, dan keyakinan yang kokoh. Impian yang dituliskan dan diinginkan dengan doa bukan hanya sekadar angan-angan, tetapi adalah langkah pertama menuju realisasi. Seperti halnya Muhammad Farid, kita pun memiliki potensi untuk mewujudkan perubahan positif dalam lingkungan kita, baik dalam bidang pendidikan maupun aspek lainnya. 

Semoga pendidikan di Indonesia bisa adil dan merata kepada seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada. Aamiin. 

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia





Posting Komentar

2 Komentar

  1. Sungguh mulia sekali ya hati Bapak Farid ini, mendirikan sekolah dan dibayar dengan sayuran saja. Semoga sukses selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, salut banget sama beliau. di saat yang lain sibuk memperkaya diri, beliau malah bantu anak-anak sekitar biar terus sekolah meski hanya dibayar pake sayuran

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com