Petualangan Mistis ke Pantai Seruni [Bag.1]


Dear Friends,

Seumur-umur baru kali ini mengalami kejadian "misterius" secara langsung. Sebelumnya lebih sering diceritain atau lebih tepatnya dengerin cerita pengalaman orang lain. Sebenarnya ini "very late post" banget, karena kejadiannya sudah agak lama, sekitar awal Januari lalu. Bermula saat saya dan teman-teman berencana membuat film pendek dan video profil untuk team. Saya, Diko, Koko, Mia, Tina dan Lee akhirnya memutuskan untuk membuatnya di sebuah pantai di Gunung Kidul.

Mengapa di Gunung Kidul? 

Beberapa waktu sebelumnya, Diko dan Koko sudah lebih dulu pergi kesana. Selama di sana mereka berdua kerap kali memposting foto-foto pantai Seruni. Foto-foto mereka membuat kami semua terpukau akan keindahan pantainya. Apalagi kata Koko, banyak pantai yang masih perawan alias belum banyak didatangi wisatawan.

Persiapanpun dilakukan. Mulai dari menyewa mobil, menyusun itinerary dan jadwal sampai menyiapkan perbekalan kami lakukan bersama. Bahkan mereka sudah berkumpul di rumah saya dari pagi, loh *bantuin masak. LOL. Niat banget ini.

Akhirnya, kami berangkat sekitar pukul 1 dini hari. Sengaja berangkat dini hari karena kami ingin mengejar sunrise di pantai Seruni. Dalam perjalanan ini yang kebagian menjadi "driver" adalah Koko. Diantara kami semua yang paling expert mengemudi cuma Koko, jadi ya derita dia jadi sopir AKAP.

Berbekal panduan dari Google Maps, mobil yang kami tumpangi melaju menembus malam. Meski rasa kantuk mulai menyeruak tapi kami tak boleh tidur. Kami harus tetap terjaga dan menemani Koko yang nyetir. Saya yang dari pagi sama sekali belum tidurpun hanya sesekali memejamkan mata. Tidur ayam, meski mata merem tapi kuping tetep bisa dengar suara dan mulut masih bisa nyaut ketika diajak ngobrol. LOL.

Sekitar pukul 3 dini hari, mobil mulai memasuki Kabupaten Gunung Kidul. Jalanan yang kami lalui benar-benar gelap dan sepi. Hampir tak ada kendaraan lain kecuali mobil kami. Benar-benar sepi.

Saking sepinya kami sampai berteriak girang ketika menemukan sebuah cahaya yang berasal dari lampu rumah penduduk. Tandanya ada kehidupan di jalan yang kami lalui. Sempat merinding ketika kami berpapasan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul di pinggir jalan sambil membawa bakul di gendongannya. Takutnya yang muncul dadakan itu bukan manusia, tapiii... *tahu bulat. LOL.

Bersyukur karena kami sudah memasuki kawasan berpenduduk. Ternyata sudah banyak pedagang-pedagang yang mulai berangkat ke pasar.

Menjelang subuh, kami mulai memasuki sebuah kawasan yang sepertinya lumayan padat penduduknya. Kami juga mencari mushola untuk sholat subuh dan buang air kecil. Entah kenapa, GPS Koko memberi arah untuk berbelok ke arah gang yang gelap. Begitu mobil masuk ke dalam gang, ternyata gang itu buntu dan GPS tetap saja mengarahkan untuk berjalan lurus. Dengan susah payah, Koko mengemudikan mobil dan memutar arah. Sesaat kemudian, kami semua melihat sebuah gapura yang ternyata adalah gapura makam. Kami semua berpandangan dan menyuruh Koko supaya buru-buru kabur dari tempat itu.

"Itu tadi gapura makam, kan? kalian semua liat, kan?" tanya Koko.

Diko yang berada di sampingnya menyahut "Iya, itu makam". Kami semua juga mengiyakan.

Beberapa saat setelah mobil berjalan, kami melihat sebuah plang penunjuk jalan bertuliskan Pantai Seruni. Koko langsung membelokkan mobil ke arah plang penunjuk jalan. Ternyata jalannya terjal, berbatu dan cukup sempit. Tak berapa lama, kami menemukan sebuah mushola kecil dengan lampu yang menyala terang. Kami berharap bertemu seseorang yang sedang sholat di sana, ternyata kondisi mushola sangat lengang. Hanya suara kokok ayam saja sekali dua kali terdengar. Benar-benar tak ada satupun orang di sana. Heran juga sih, ini kan waktunya sholat subuh, tapi kenapa tak ada seorangpun yang sholat di mushola itu.

Setelah menunggu beberapa saat dan bergantian buang air kecil, akhirnya ada seseorang yang lewat mengendarai sepeda motor. Sepertinya dia adalah pedagang ayam, karena ada keranjang ayam di bagian belakang motornya.

Untunglah orang itu berhenti ketika Koko memanggilnya. Tak lama kemudian, Koko kembali dan mengatakan kalau kami harus berbalik arah lagi karena jalan menuju pantai Seruni tak bisa dilewati karena ada tumpukan longsoran batu di tengah jalan. Akhirnya mobil berputar arah dan kami melanjutkan perjalanan. Jalanan yang kami lewati cukup lengang dan gelap.

Saya sempat bertanya pada Koko, " Bener nggak sih, ini jalan menuju pantai Seruni?"

"Kalo menurut GPS sih bener, mbak," jawab Koko.

Entah kenapa mobil sudah berada di jalan setapak, mirip jalan kampung. Sepanjang kanan kiri jalan adalah kebon yang ditanami pohon-pohon besar. Jalanan juga seperti tak berujung. Seperti tak ada satupun kehidupan di sepanjang jalan yang kami lalui.

jalan-ke-pantai-seruni


GPS yang kami andalkan tak berfungsi. Kami seperti berada di sebuah negeri antah berantah. Bingung arah dan tak tahu sebenarnya kami sedang berada di mana. Apalagi daerah itu juga berkabut. Kami seolah hanya berputar-putar di daerah itu saja. Saat itu kami hanya berharap, semoga bahan bakar mobil tidak habis di sana. Nggak bisa bayangin deh, gimana seandainya kalo itu benar-benar terjadi? Bisa-bisa kami berlima dorong mobil sampai ke SPBU yang entah ada dimana.

Selain Koko, kami semua pasang mata dan telinga siapa tahu ada jalan lain yang bisa dilalui atau melihat seseorang yang bisa kami tanyai. Hingga akhirnya, ada sesuatu yang menarik perhatian kami. Bentuknya cukup membuat kami bergidik ngeri, karena mirip dengan bentuk "poci". Kan ngeri kalo tiba-tiba sesuatu itu benar-benar "poci" dan meringis sambil mengejar kami. Koko memperlambat laju mobil yang makin lama maki mendekati "sesuatu" itu. Rupanya sesuatu yang mirip "poci" itu adalah sebatang pohon pisang yang ambruk dan menghalangi jalan. Hhhfft. Pohon pisang ambruk itu bener-bener mirip "poci" dan sukses bikin jantung kami berdegup kencang.

Etapi tunggu dulu, kayaknya di sekitar tempat yang kami lalui itu nggak ada pohon pisang, deh. Trus, kenapa ada pohon pisang ambruk nangkring di jalan yang kami lewati tadi?

Hiiiyyy......

Posting Komentar

31 Komentar

  1. Hikksss serem mbaaak. Paling ndak kuat kalau ada didaerah banyak pohon, sepi dan berkabut.. Pasti banyak mata memandang dari berbagai macam araaah. Hiyyyy😲😲😲

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbaak...pas di daerha itu ngeri deh, udah gelap, berkabut..ga ada rumah, serem pokoknya

      Hapus
  2. Ahaha jadi itu pohon pisang buat apa? Ditunggu lanjutanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pohon pisangnya dilewatin doang sambil ngebut..takut berubah jadi poci wkwk :p

      Hapus
  3. Serem juga mba padahal saya pengen bgt menelusuri pantai gunung kidul, ditunggu sambungannya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo pantai yang lain mah jalannya bagus dan rame mbaak. cuma pantai ini yg jalannya masih sepi, karena pantainya masih perawan

      Hapus
  4. Aku jg punya pengalaman horor di daerah situ. Belum berani nulisnya hihihi. Ini untung aku bacanya pagi hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...padahal aku nulisnya malam-malam nih :p
      *sambil tengak tengok

      Hapus
  5. Dari penasaran pengen liat panfai seruni malah jd merinding disko mbak.. liat foto2 mbak ika aja wes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...berangkatnya pagi aja dari Semarang, ntar nyampe sana kan siang..hehe

      Hapus
  6. Haiyaaa.. Mba ika sukses bikin aku merinding.

    Kalo aku pernah semobil sama keluarga tmnku yg anaknya sensitif sama makhluk halus. Perjalanan dr wsb-semarang lwt sumowono. Malam hari tuh, hampir jam 9, tapi daerah sana kan sepi ya, dan tiba2 si anak ini nangis keras sambil nyungsep ke ibunya dan ga mau nengok ke sisi mobil.
    Aku yg di sebelahnya ngeri banget.. Pas lewat daerah yg ga ada perkampungan. Hiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pernah lewat Sumowono pas hujan2...emang serem, apalagi kalo malam-malam. Untung pas pulang dari Temanggung ga jadi lewat Sumowono karena kemalaman :D

      Hapus
  7. Sereeeeemmmmm. Kalo inget jadi merinding lagi huhu

    BalasHapus
  8. Trus trus..aku penasaraaaann.. Itu kali poci yg nyamar jadi pohon pisang. Kan doi suka goyang-goyangin daun pisang to? Hhmmmm...

    Trus akhirnya dapet sunrise nya ngga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa...sama Koko ditabrak aja si pohonnya, hihi

      ga dapat sunrise nya wong udah kesiangan

      Hapus
  9. Nah lho, mau jalan jalan malah dapat cerita horor nih. Lalu lalu? *penasaran sama ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..dapat pengalaman seru mbak. nantikan lanjutannya yaa

      Hapus
  10. Kata orang dulu, kuntilanak suka ngumpet di balik pohon pisang loh mba, wkwkkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. poci sih mbak yang sebetulnya suka ngumpet di pohon pisang. Lah makanya kalau ada kebun pohon pisang mending langsung jalan lurus aja, pura-pura nggak liat. hahaha Btw Mbak Ita, ini ada lanjutannya nggak sih? =,= penasaran sama ceritanya Mbak Arin.

      Hapus
    2. Huhuu..gitu yaa, oke deh.
      adaa kelanjutannya, makanya aku kasih nomor 1, hihi

      Hapus
    3. Wooh gitu ya, kok jadi serem ya...ntar aku lanjutin nulis kalo siang aja deh, wkwkwk

      Hapus
  11. wuah...,serem. Tapi aku pernah baca juga loh kalau jalan ngandelin GPS malah suka kesasar. Eh, walau agak takut, ditunggu bagian keduanya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, biasanya mbak Rebellina yg suka nulis cerita horor ya...
      tunggu ya mbak, ada kok lanjutannya

      Hapus
  12. Wah, baca ceritanya sambil merinding rinding. Apa di Gunung Kidul banyak yang begitu ya. Jadi pengin nyoba kerkunjung ke sana

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  14. Sebenernya paling ogah kalau ada mistis - mistisnya.
    Terima kasih min atas reviewnya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com