Cara Mengatur Keuangan agar bisa Bertahan hingga Akhir Bulan


Dear friends,

Bicara mengenai keuangan memang sensitif ya. Terutama buat para istri yang mengelola penghasilan suaminya. Cukup nggak cukup, mesti dicukup-cukupin. Jujur saya akui, dulu saya tak pandai mengatur keuangan. Berapapun uang yang saya pegang, selalu habis tak bersisa. Dapat sedikit habis, dapat banyakpun juga habis. Seringnya habis untuk keperluan yang nggak jelas. Akibatnya sudah bisa ditebak. Saya nggak punya tabungan, nggak punya uang cadangan dan selalu kehabisan uang saat tanggung bulan. Hari-hari menunggu gaji jadi terasa begitu lama dan menyiksa.

Tapi itu dulu, sih. Sekarang alhamdulillah sudah insyaf, friends. Hahaha. 

Awalnya sayalah yang mengatur keuangan keluarga, tetapi karena sering banget "failed" jadi saya menyerahkan semua urusan keuangan pada suami. Untuk urusan keuangan, suami saya lebih pandai mengatur keuangan dibanding saya *akhirnya jujur juga. LOL. 

Ternyata sudah hampir beberapa tahun ini suami menyisihkan gajinya untuk tabungan pendidikan anak-anak. Bahkan bisa menyicil renovasi rumah sedikit demi sedikit. Sekarang untuk urusan uang sekolah anak, bensin, uang saku anak-anak hingga tagihan-tagihan lainnya beliau yang pegang. Sedangkan saya bagian mengatur keuangan untuk belanja keperluan rumah dan dapur saja. Dan saya hepi, karena beban saya untuk mengatur keuangan keluarga jadi lebih ringan. 

Sebenarnya kondisi keuangan kami hingga saat ini belum bisa dibilang berlebihan, bahkan lebih tepat pas-pasan. Pas butuh, pas ada. Haha. Sekarang sih, saya sudah lega dan nggak merasa terbebani lagi (eh, emang beban ya mengatur keuangan) soal atur mengatur keuangan keluarga.

Pengen tahu gimana caranya suami saya mengatur keuangan keluarga? Boleh diintip, kok.

Bayar Tagihan-tagihan Lebih Dulu

Suami saya menerima gaji setiap tanggal 25 dan biasanya beliau langsung membeli pulsa listrik, membayar cicilan sepeda motor (masih pecicilan, bo) dan membayar tabungan pendidikan anak-anak. Suami langsung membayar begitu gaji masuk karena sistem pembayarannya melalui online. Beliau juga langsung menyisihkan biaya sekolah anak-anak (SPP), uang saku, uang bensin dan tabungan anak-anak di sekolah. Setelah dikurangi untuk pengeluaran tak terduga, sisanya baru deh ditransfer ke rekening saya. 

Belanja Kebutuhan Bulanan

Kebutuhan bulanan seperti sembako, toiletries biasanya dibeli sebulan sekali. Kebiasaan ini memang sudah cukup lama dilakukan, sih. Biasanya saya yang kebagian tugas belanja. Lumayan irit juga, karena saya biasa belanja di toko grosiran. Kadang kalau sedang beruntung, bisa dapat harga promo. Jadi dobel hemat, kan.

Belanja Dapur Mingguan

Ada belanja bulanan ada pula belanja mingguan. Hal ini dilakukan agar kita nggak perlu bolak-balik belanja ke pasar atau warung. Cukuplah seminggu sekali, kecuali ada kebutuhan mendadak ya. Belanja mingguan ini hanya untuk kebutuhan dapur seperti sayuran dan lauk pauk. Kalau ada uang lebih biasanya saya beli buah, tapi kalau pas nggak ada kelebihan uang ya nggak beli. Belanja mingguan ini disesuaikan juga dengan menu makanan selama seminggu. Biasanya yang paling banyak adalah kebutuhan lauk. Kalau hari ini makan dengan lauk protein nabati, besoknya lagi makan dengan protein hewani. Kalau sudah punya stok sayuran dan lauk pauk untuk seminggu, lega deh rasanya. 

Punya Dana Darurat

Alhamdulillah, setelah beberapa tahun ini aktif ngeblog saya memiliki penghasilan tambahan. Besaran penghasilan saya sebagai blogger tidak menentu. Kadang banyak, kadang sedikit, kadang juga tidak ada pemasukan sama sekali. Sejak itu saya memiliki dua rekening. Satu rekening khusus untuk jatah bulanan dari suami dan satu lagi rekening khusus untuk penghasilan saya dari ngeblog. Uang hasil ngeblog saya pergunakan sebagai dana cadangan, yang akan digunakan bila dalam keadaan darurat. Misalnya ketika mendadak harus pulang kampung atau kondisi darurat lain.

Buatlah  Skala Prioritas

Kalau dipikir-pikir, kebutuhan kita dari waktu ke waktu semakin meningkat dan semakin bertambah. Kalau menuruti hawa nafsu, semuanya pasti akan kita penuhi dalam waktu bersamaan. Akibatnya tentu saja pengeluaran membengkak. Untuk mengatasinya, pilih kebutuhan yang benar-benar mendesak. Misalnya, saat harus memilih antara membeli ban sepeda motor dengan sepatu. Ban sepeda motor tentu lebih urgent penggunaannya daripada sepatu baru, karena hampir semua aktivitas dilakukan menggunakan sepeda motor. Resiko yang diakibatkan oleh ban sepeda motor lebih besar daripada resiko tidak memakai sepatu baru. Ya, kan?

Bawa Bekal dari Rumah

Sebisa mungkin suami dan anak-anak saya berangkat dalam kondisi perut terisi (sudah sarapan). Pagi-pagi sekali saya usahakan sarapan sudah siap. Untuk mengurangi pengeluaran jajan di luar, suami dan anak-anak biasa membawa bekal dari rumah. Lumayan, bisa hemat uang jajan kan.

Itu aja sih tips mengatur keuangan pribadi keluarga kami selama beberapa waktu belakangan ini untuk mengatur keuangan keluarga. Pastinya cara untuk mengatur keuangan tiap keluarga berbeda-beda. Ya iyalah, secara kebutuhan tiap keluarga kan juga beda-beda. Bijaklah mengatur keuangan agar tidak menyesal di hari kemudian. Yuk, mulai atur keuangan biar bisa bertahan hingga akhir bulan!


Posting Komentar

0 Komentar