Workshop Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia di Kota Semarang


Dear friends, 

Diundang oleh Kementrian Kesehatan RI dalam rangka workshop teknologi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia di kota Semarang pada hari Rabu 7/12/2022 hingga Sabtu 10/12/2022 di hotel Oaktree Semarang tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Saya sendiri, cukup sering diajak untuk mensosialisasikan program-program kesehatan di kota Semarang. Beberapa kali saya turut serta dalam event-event Dinas Kesehatan kota Semarang, tepatnya sejak tahun 2017. Nah, sejak itulah julukan saya bertambah menjadi blogger kesehatan. 

Baca : Temu Blogger Kesehatan untuk Dukung GERMAS

Salah satu keuntungan menjadi blogger kesehatan diantaranya adalah mengetahui lebih awal apa saja program-program kesehatan di kota Semarang. Nggak cuma itu, tetapi isu-isu lain terkait kesehatan juga bisa saya ketahui lebih awal dari masyarakat umum. Tapi saya juga bertanggung jawab untuk meneruskannya kepada masyarakat umum melalui artikel di blog saya. 

Baca juga Blogger Kesehatan, Menjadi Penyebar Informasi Seputar Kesehatan

Teknologi Wolbachia


Sejarah Eksplorasi Wolbachia

Wolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda. Infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis, kematian pada hewan jantan, dan feminisasi. Pada tahun 1924, wolbachia ini diidentifikasi oleh Marshal Hertigdan Simeon Burt Wolbach. Lalu pada tahun 1936 dideskripsikan sebagai spesies (Wolbachiapipientis) oleh Marshall Hertig. Pada tahun 1992, temuan ini dilaporkan sebagai simbion alamiah yang umum di serangga. Tahun 1994  wolbachia sukses ditransmisikan keserangga lain. Tahun 2009, Wolbachia menghambat transmisi dengue. 

Baca juga Diseminasi Informasi Kesehatan dan Media Gathering bersama Dinas Kesehatan Kota Semarang

Tahun 2011 pertama kali penyebaran Wolbachia di Cairns (Australia), lalu pada tahun 2014 mulailah penyebaran nyamuk ber-Wolbachia pertama di Indonesia, yaitu di 2 padukuhan di Sleman dan Bantul, Yogyakarta. Lalu, tahun 2016, resiko untuk teknologi nyamuk ber-Wolbachia ditelaah oleh tim independen dari berbagai pakar dan institusi terpercaya di Indonesia yang menyimpulkan bahwa teknologi nyamuk ber-wolbachia aman. 

Tahun 2016-2020 studi dampak teknologi nyamuk ber-Wolbachia, menyimpulkan bahwa Wolbachia efektif untuk menhambat replikasi dengue. Kemudian tahun 2021 WHO merekomendasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sebagai salah satu teknologi pengendali dengue. 


Program WINGKO Semarang

Wingko Semarang (Wolbachia Ing Kota Semarang) merupakan salah satu teknologi pengendalian DBD di kota Semarang melalui pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia. 

gambaran nyamuk jahat dan nyamuk baik (ber-wolbachia)

Perlu diketahui bahwa nyambuk ber-wolbachia efektif menekan repiklasi virus dengue di dalam tubuhnya. 

Mengenal Cara Kerja Nyamuk Ber-wolbachia


Penitipan Ember

Penyebaran nyamuk ber-wolbachia dilakukan dengan menitipkan ember berisi terlur nyamuk ber-wolbachia di titik-titik yang telah ditentukan.

Harapannya, nyamuk ber-wolbachia yang berkembang biak di wilayah setempat dapat memberi perlindungan kepada warga dari penularan penyakit DBD.

Penitipan ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain:
  • Tahap 1
    Identifikasi Orang Tua Asuh (OTA)
  • Tahap 2
    Penitipan paket ember (ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia), pakan (pelet) di rumah OTA.
  • Tahap 3
    Penggantian paket setiap 2 minggu
  • Tahap 4 kali
    Penarikan ember setelah 6 bulan

Peran Orang Tua Asuh (OTA)

Orang Tua Asuh (OTA) menrupakan warga terpilih yang dititipi  paket ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia dan pakan (pelet). Perlunya melibatkan masyarakat sebagai Orang Tua Asuh (OTA) dalam program Wingko Semarang (Wolbachia Ing Kota Semarang). 
  • Penempatan entar ember berjarak kurang lebih 75 meter.
  • Penitipan ember dilakukan selama 6 bulan (12) kali.
  • Orang Tua Asuh (OTA) memberikan izin dan menyendiakan tempat unuk penitipan ember di rumahnya.
  • OTA memantau ember tetap aman, tidak tumpah dan tidak hilang.

Peran Kader

  • Melakukan pendataan OTA
  • kader mengganti ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia setiap 2 minggu selama 12 kali
  • Berkoordinasi dengan OTA, jika dirasa perlu untuk memindahkan ember
  • Menginformasikan kepada OTA jika masa penitipan ember telah selesai

Teknis Implementasi

  1. Paket berisi telur nyamuk 200-250, pakan (pelet)
  2. Paket dimasukkan ke ember, dituangkan air bersih 0,7-1 liter, lalu diaduk
  3. Ember diletakkan di rumah, area/tempat :
    a. Telindung dari sinar matahari
    b. Terlindung dari hujan
    c. Aman dari jangkauan anak-anak
    d. Mudah dijangkau ketika akan melakukan penggantian paket
  4. Setiap 2 minggu telur diganti, penitipan paket dilakukan selama 6 bulan (12 kali)
Teknologi Wolbachia aman dan sudah terbukti efektif menurunkan kasus DBD sebesar 77% dan menurunkan 86% kasus DBD yang dirawat di Rumah Sakit. 

So, untuk mengurangi jumlah DBD di Semarang yuk kita bantu pemerintah khususnya dinas kesehatan kota Semarang untuk mensosialisasikan teknologi Wolbachia ini kepada masyarakat. 







Posting Komentar

6 Komentar

  1. Ternyata beda, baru tahu tentang nyamuk ber-wolbachia. Unik juga karakternya, tergolong nyamuk baik juga. Selama ini cuma tahu semua nyamuk aedes aegepty berbahaya dan menyebabkan DBD, apalagi pernah merenggut nyawa banyak orang pada masanya. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus
  2. Semoga dengan adanya teknologi nyamuk Aedes Aegypti ber Wolbachia, dapat menekan angka kematian yang disebabkan DBD.

    BalasHapus
  3. wah..aku baru tahu nih ttg teknologi nyamuk ber-wolbachia utk mengendalikan DBD ini.. apakah di kota kecil kami sudah ada ya? jadi penasarab deh.. BTW, senang ya jd blogger kesehatan, pengen juga euy. hehe..

    BalasHapus
  4. Gak sabar wilayah RW ku bisa dipilih menjadi hunian yang diterapkan teknologi Nyamuk Aedes Aegypti ber-wolbachia. Aku mau juga jadi orang tua asuh nyamuk Wolbachia, hahahaa

    BalasHapus
  5. Baru tau nih mbak teknik pengendalian DBD yang seperti ini. Justru malah dikasih telur nyamuk yaa.. tentunya yang sudah berwolbachia. Jadi nyamuk lainnya yang nantinya kawin dg nyamuk wolbachia bakalan menurunkan anak2 nyamuk berwolbachia juga.

    BalasHapus
  6. disini pasien DBD banyak, aku berharapnya pemkab jg mengadakan edukasi masif bareng dinkes soal DBD. Nah dari potingan ini aku malah baru tau teknologi nyamuk Aedes Aegypti berwolbachia ini mba. thanks for sharing ya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com