Gerakan Indonesia Memasak (GIM) Mustikarasa, Temukan Pangan Lokalmu

dokpri. peluncuran Gerakan Indonesia Memasak (GIM) Mustikarasa

Dear friends,

Sabtu (19/07/25) lalu, seorang sahabat menghubungi saya untuk datang di sebuah event memasak. Mendengar kata memasak, saya langsung mengiyakan ajakannya. Ya gimana lagi, saya memang ibu-ibu yang hobinya masak tentu tertarik dong dengan event seperti ini. 

Apalagi event ini untuk menggerakkan ibu-ibu untuk kembali ke dapur. Hari itu merupakan peluncuran Gerakan Indonesia Memasak (GIM) Mustikarasa yang diinisiasi oleh FOI dengan menggandeng Dinas Ketahanan Pangan kota Semarang. 

Foodbank of Indonesia (FOI) atau yang dulunya dikenal sebagai Lumbung Pangan Indonesia mengajak masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan ekonomis dengan menemukan kembali bahan pangan lokal yang mulanya banyak ditemukan di sekitar rumah dan pekarangan. 

Ketua TP PKK Kota Semarang yang juga istri Wakil Walikota Semarang, Listyati Purnama Rusdiana menyatakan dukungannya terhadap gerakan Indonesia memasak yang diinisiasi oleh Yayasan Lumbung Pangan Indonesia dengan menggandeng Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang dan menggerakkan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Semarang. 

Pendiri Foodbank of Indonesia (FOI), M. Hendro Utomo menuturkan bahwa FOI meluncurkan program Gerakan 100.000 Ibu Kembali Memasak se-Indonesia di halaman kantor Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Sabtu (19/7/2025) pagi. Kata dia, program dimulai hari ini yang berdekatan dengan Hari Anak Nasional (22 Juli) sampai pada Hari Ibu 22 Desember 2025. 

dokpri. M. Hendro Utomo, founder FOI

Menurut beliau, gerakan yang mendorong untuk kembali memasak memang perlu digalakkan, sebab Indonesia kaya dengan bahan pangan lokal, terutama rempah.

"Seperti kata Bung Karno, Indonesia sangat kaya dengan bahan pangan, dan seharusnya di Indonesia tidak boleh ada yang kelaparan. Bung Hatta juga menyampaikan tentang keadilan sosial. Artinya, kita tidak boleh menikmati sendirian," katanya.

M. Hendro Utomo juga mengingatkan bahwa bahan kimia pada makanan yang dibuang akan mengeluarkan zat metan yang menjadi salah satu penyebab perusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Ini merupakan persoalan besar. Apalagi gaya hidup masa kini, banyak ibu-ibu yang mulai enggan pergi ke dapur untuk memasak. mereka lebih suka pesan makanan secara daring. Lebih praktis katanya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Jika kita memasak lagi dengan pangan lokal, terutama rempah, maka yang terjadi adalah generasi Indonesia adalah generasi yang sehat karena kita kan kaya dengan bahan pangan.

Dengan memasak, kata dia, maka sampah kemasan makanan berkurang, inflasi menjadi rendah, dan yang terpenting generasi muda Indonesia tumbuh sehat dan bisa terbebas dari stunting. 

dotsemarang. Kadinas Ketahanan Pangan kota Semarang

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Endang Sarwiningsih Setyawulan menjelaskan bahwa kegiatan hari ini merupakan peringatan 10 tahun FOI atau Yayasan Lumbung Pangan Indonesia dan sekaligus Hari Anak Nasional. Kegiatan ini juga dikolaborasikan dengan PKK Kota Semarang dan relawan FOI dari Kabupaten Pati dan Tegal.

Tujuannya adalah untuk menggerakkan kembali para ibu dan calon ibu untuk gemar memasak. Terlebih dalam upaya untuk mengingatkan kembali bahwa lingkungan sekitar kita kaya akan bahan makanan dan bumbu masak yang alami. 

Terkait dengan keterbatasan lahan pertanian, Kepala Dinas Ketahanan Pangan kota Semarang mengaku bahwa kebutuhan akan bahan makanan mendapat pasokan dari para petani dari kabupaten penyangga kota Semarang. 

Selain itu, Pemkot Semarang juga telah menggencarkan gerakan urban farming dari tingkat sekolah dasar. Hal ini dimulai dengan menggenerasikan petani cilik di tingkat SD, petani muda di tingkat SMP, kemudian petani milenial. Sesuai dengan program pemkot Semarang, kini saya pun juga mulai memanfaatkan lahan terbatas saya dengan mulai menanam cabai, tomat, sayur terong dan beberapa jenis sayuran yang bisa ditanam di lahan terbatas. 

Hasil dari urban farming, kata dia, sudah mulai nampak dengan banyaknya ibu yang memasak dari hasil pertanian perkotaan. Dari ternak ayam, bertani dengan lahan terbatas. Bahkan mulai dari anak SD kini sudah diajarkan mengenai B2SA, yakni Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman juga dengan melakukan pengenalan terhadap isi piring sesuai standar gizi.

Pemkot Semarang juga telah mengadakan festival memasak. Hasilnya pun cukup memuaskan karena menghasilkan berbagai macam olahan makanan dari bahan lokal, makanan kekinian yang tidak kalah dengan tampilan masakan yang disajikan di restoran maupun yang tersedia secara daring.

Yuk, ibu-ibu...kita kembali berkreasi di dapur!




Posting Komentar

0 Komentar