Suatu pagi,
seorang wanita tua berjalan menyusuri jalan setapak di pegunungan. Dia akan
pergi ke tempat penggilingan beras di lembah. Dia membawa sebuah karung besar
karena akan membeli beras disana. Kemudian, dia akan menjual sebagian berasnya
di kota dan menyimpan sisanya untuk keperluan sendiri.
Setelah berjalan agak lama,
wanita tua itu berhenti tiba - tiba. Di depannya, sebongkah batu besar menutupi
jalan. “Bagaimana bisa batu sebesar ini ada di tengah jalan?” gumam wanita tua
itu heran. “Ah sudahlah….Nanti juga ada orang yang menyingkirkannnya.” Wanita
tua itu pun mengitari batu itu tersebut dan melanjutkan perjalanannya.
Waktu terus berjalan.
Sepanjang pagi, batu besar itu tetap berada di tengah jalan. Menjelang siang, seorang
penunggang kuda tiba di tempat itu. Kudanya segera berhenti ketika melihat
rintangan di hadapannya. “Astaga! Batu besar ini tidak seharusnya ada di tengah
jalan,” kata si penunggang kuda. Namun, si penunggang kuda tidak turun untuk
menyingkirkan batu itu. Dia malah menyuruh kudanya untuk berjalan mengitarinya.
Demikianlah, sampai lewat tengah hari, batu itu tetap berada di tengah jalan.
Sekarang, hari telah menjelang senja.
Seorang anak laki - laki bernama Didi sedang dalam perjalanan pulang dari
tempat penggilingan padi. Dia bekerja disana. Dia sangat lelah. Itu sebabnya
dia berjalan lambat walaupun hari hampir gelap.
Didi mengambil jalan pintas, melewati
jalan setapak yang di lalui oleh si wanita tua dan penunggang kuda. Dia tidak
tahu kalau sebongkah batu besar menutupi jalan itu.
Tidak lama kemudian, Didi
terkejut melihat batu besar di tengah jalan. Dia berhenti dan berkata, “Aku
akan menyingkirkan batu besar ini dari tengah jalan agar orang - orang yang
lewat di sini tidak terganggu.”
Kemudian, dengan susah payah,
Didi mendorong batu itu ke tepi jalan. Dia tidak menghiraukan badannya yang
lemas bekerja seharian. Saat itu, binatang - binatang hutan yang sudah masuk
sarang, keluar lagi karena mendengar suara benda didorong.
Binatang - binatang itu
melihat Didi sedang bersusah payah menggeser sebongkah batu ke tepi jalan.
Mereka pun menonton dan memberinya semangat.
Ketika batu bergulir ke tepi
jalan, Didi melihat sebuah kotak kecil di bawah batu tersebut. Didi pun
mengambil kotak dan membukanya.
“Emas!” seru Didi heran
bercampur cemas. Kemudian, Didi membaca sepucuk surat yang ada di dasar kotak
itu.
“Ambillah emas ini! Emas
ini untuk orang yang menyingkirkan batu itu dari tengah jalan.”
“Alhamdulillah! Semoga aku dapat
memanfaatkan pemberian ini di jalan yang benar,” kata Didi bersyukur kepada
Allah, Sang Pemberi Rezeki.
Menyingkirkan gangguan dari tengah
jalan adalah sebagian dari iman.
Diceritakan
kembali oleh Bassama Jamila
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com