Tiga Hari Dua Malam Road Trip Membelah Pulau Bali


Dear friends,

Tiga hari dua malam road trip membelah Pulau Bali, bikin nagih. Setelah 20 tahun lebih menanti, akhirnya saya kembali ke Bali. Berawal dari ajakan teman untuk berkunjung sebuah tempat yang akan dijadikan sebagai sebuah destinasi wisata berkelanjutan (sustainable tourism) di daerah Tejakula, Kabupaten Buleleng. Meski nggak sepenuhnya untuk liburan, tapi petualangan menyusuri Pulau Bali nggak bakal saya lewatkan.

Saya dan teman-teman menggunakan pesawat dengan penerbangan paling pagi dari Semarang. Sekitar pukul 09.30 WITA kami tiba di bandara Ngurah Rai dan memulai perjalanan menuju Kabupaten Buleleng. Bener-bener perjalanan membelah Pulau Bali, deh. Gimana enggak, Kabupaten Buleleng itu terletak di pesisir utara Pulau Bali, sedangkan kami memulai perjalanan dari bandara Ngurah Rai yang berada di pesisir selatan Bali.

Menurut Pak Komang, sopir yang mengantarkan kami selama berada di Bali, perjalanan dari Denpasar ke Tejakula Kabupaten Buleleng memerlukan waktu sekitar 3 hingga 4 jam. Itupun kalau tidak macet. Saya udah ngebayangin betapa akan membosankannya perjalanan ini. Kami sempat sarapan di sebuah warung muslim, tak jauh dari bandara. Setelah itu kami harus bergegas karena khawatir akan terjebak macet.

Beruntung sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah, mulai dari deretan perkebunan jeruk hingga kebun bunga. Jalanan yang kami lalui merupakan wilayah pegunungan yang cukup terjal dan berkelok-kelok.

Menjelang tangah hari, kami tiba di wilayah Kabupaten Badung. Pak Komang memberhentikan mobil di pinggir sebuah warung yang berada tak jauh dari sebuah jembatan. Kami tak bisa menolak saat Pak Komang menawari untuk ngopi. "Biar nggak ngantuk, kita ngopi Bali dulu," kata Pak Komang.

Berhenti sejenak di Jembatan Tukad Bangkung, Kabupaten Badung 

Jembatan itu bernama Tukad Bangkung, yaitu sebuah jembatan yang menghubungkan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Buleleng dan Bangli. Jembatan Tukad Bangkung memiliki panjang 360m, lebar 9,6m dan pilar penyangga jembatan setinggi lebih dari 71,14m. Kabarnya jembatan ini merupakan jembatan tertinggi se-Asia Tenggara, loh. Selain itu, jembatan baru ini juga sering digunakan sebagai spot foto bagi wisatawan yang melintasinya, termasuk saya. Hihi.

Sayangnya kami nggak bisa terlalu lama berhenti karena harus segera tiba di Tejakula. Lumayan lah, mata kami jadi melek setelah minum kopi. Kami baru menempuh sepertiga dari perjalanan. Mata saya tak henti menatap pemandangan dari balik jendela mobil yang melaju.

Akhirnya sekitar pukul 2 siang, kami tiba di Tejakula. Kami disambut oleh pemilik resort yang akan menjadi destinasi wisata berkelanjutan dan beberapa karyawannya. Kami lalu diajak menuju sebuah bale untuk berbincang sejenak sambil menikmati es kelapa dan laklak. Laklak ini sejenis makanan tradisional khas Bali yang mirip serabi yang terbuat dari tepung beras dan dinikmati bersama kelapa parut dan kinca (gula merah cair).

Dokpri. Laklak, makanan tradisional khas Bali

Setelah itu, kami diajak berkeliling area resort yang memiliki luas sekitar 3 hektar ini. Meski belum sepenuhnya selelsai, kami bisa menikmati area sekeliling resort yang berbatasan langsung dengan pantai utara Bali.

Angin laut yang berhembus cukup kencang serasa menampar-nampar wajah saya. Aroma laut yang khas pun mulai tercium. Sayang cuaca sedang panas-panasnya, jadi saya harus menahan diri untuk  tidak bermain air di tepi pantainya kalo nggak mau kulit bertambah gosong.

Dokpri. Suasana Resort

Selesai makan siang, kami diantar menuju homestay yang letaknya tak begitu jauh dari resort. Suasana Bali yang kental begitu terasa ketika kami tiba di homestay milik Nini (nenek). Homestay Nini sederhana dan bersih. Suasananya nyaman meski tanpa AC dan kipas angin. Angin berhembus melalui jendela-jendela kamar yang dibuka lebar.

Dokpri. Homestay Nini
Keesokan harinya, kami diajak keliling desa dan melihat pembuatan gula aren (nira). Beruntung kami bisa bertemu dengan pembuat gula yang baru saja mengambil nira. Kami bahkan melihat langsung bagaimana proses pembuatan gula aren, mulai dari pengambilan nira, perebusan hingga menjadi gula padat.

Dokpri. Belajar membuat gula aren
Kami juga diajak ke sebuah tempat pembuatan anyaman untuk tempat persembahan dan piring yang berbahan lidi aren. Lokasinya nggak begitu jauh dari homestay Nini. Hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menit dari homestay Nini. Kami hanya memperhatikan tangan-tangan terampil yang dengan cekatan merangkai lidi-lidi aren menjadi sebuah wadah cantik.

Dokpri. Pembuatan anyaman

Andai bisa tinggal lebih lama di homestay Nini, saya pengen banget bisa belajar menganyam. Sayangnya kami harus bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju Canggu. Menurut Pak Komang, kami akan menghabiskan setengah hari perjalanan.

Sebelum melakukan perjalanan, Nini meminta kami untuk makan bubur khas Bali yang telah disiapkan untuk kami. Bubur buatan Nini mirip dengan bubur Manado yang berisi sayuran, jagung, ubi dan daging ikan. Bubur ini memiliki rasa rempah-rempah yang kuat dan pedas. Enaaak banget.

Dokpri. Bubur Bali
Kebaikan dan keramahan Nini membuat kami seolah enggan pulang. Belum puas rasanya menjelajah Tejakula. Kami berjanji suatu hari nanti akan kembali ke rumah Nini lagi.

Dokpri. Foto bersama Nini 
Tepat pukul 11 kami memulai perjalanan menuju Canggu. Pak Komang mengingatkan kami untuk menyiapkan perbekalan untuk persiapan perjalanan supaya tidak terlalu sering berhenti. Seperti hari sebelumnya, kami akan melakukan perjalanan selama kurang lebih 5 hingga 6 jam.

Seperti hari sebelumnya, tak banyak yang kami lakukan selama perjalanan selain mengobrol dan ngemil. Hihi. Untunglah sepanjang jalan banyak pemandangan indah yang bisa kami lihat, jadi nggak bosan-bosan amat berada di dalam kendaraan selama 6 jam terus menerus.

Tujuan kami kali ini adalah menginap di sebuah hotel di dearah Canggu. Kami memang sudah berencana menginap di hotel ini dan susah memesannya di Pegipegi beberapa hari sebelum berangkat ke Bali.

Nggak susah sih nyari hotel di Bali seperti yang sesuai dengan budget dan keinginan kita. Apalagi sekarang ada aplikasi yang bisa membantu kita mencari hotel yang sesuai dengan yang kita inginkan yaitu Pegipegi.

Kita bisa booking hotel via Pegipegi baik melalui web maupun aplikasi di smartphone. Klik tab hotel, masukkan lokasi, masukkan tanggal check in, tanggal check out, jumlah tamu dan jumlah kamar. Langsung klik "cari", udah deh Pegipegi yang akan mencarikannya.




Waktu itu saya cari hotel dengan keyword Bali, kemudian mencari hotel di daerah Canggu. Muncullah beberapa pilihan hotel, mulai dari penginapan biasa hingga hotel bintang lima. Saking banyaknya pilihan hotel akhirnya kami memutuskan untuk menginap di salah satu hotel yang lokasinya dekat dengan pantai dan harganya juga sesuai dengan budget kami.

Dokpri. The Kirana Canggu

Akhirnya, setelah hampir setengah hari perjalanan dari Tejakula ke  Canggu, saya dan teman-teman bisa beristirahat juga di hotel. Kami bisa melepaskan penat dan bersiap menghadapi perjalanan kembali esok hari. Segampang itu kok, cari hotel buat nginep selama di Bali. Tinggal klak klik aja udah dapat hotel sesuai budget dengan cepat.

Ternyata road trip membelah Pulau Bali seru juga, loh. Selain bisa menikmati perjalanan kami juga mendapat banyak cerita dan pengalaman. Hmm, rasanya belum puas menikmati Bali dan segala keindahannya.

Bali, tunggu kami kembali.




Posting Komentar

36 Komentar

  1. Perjalanan selanjutnya teh bisa mungkin bisa digunakan untuk belajar menganyam n_n

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa...masih pengen kembali ke Tejakula dan belajar menganyam, nih.

      Hapus
  2. Ooh laklak itu dari tepung beras ya, pengin nyobain. Aku suka jajanan2 tradisional yg dari tepung beras.
    Tahun lalu aku ke Bali, pesan hotelnya juga lewat pegipegi, cari promo diskonan :)

    BalasHapus
  3. Aku udah 17 tahun belum ke Bali lagi, semoga Kita bisa kesana rame2 ya mba

    BalasHapus
  4. Bubur bali sederhana ya mba. Kayak polosan tapi berempah kmeudian taburan kacang goreng. Menyenangkan sekali bisa road trip, mba :)

    BalasHapus
  5. Iya bener, Laklak mirip sama Surabi. Dan saya suka surabi yang hanya dikasih saus kinca daripa yang dikasih berbagai toping

    BalasHapus
  6. Nini itu namanya ibunya ya mbak ika, kukira nenek, karena kalau di sunda nini itu artinya nenek heuheu, laklaknya mirip surabi, bubur bali kacangnya tanah atau kedelai ya itu..

    BalasHapus
  7. Orang Bali kayaknya banyak yang pandai menganyam, ya. Ingat banget guruku minta asisten beliau yang ngerjain waktu bagian menganyam. Guruku juga bisa, tapi asistennya kelihatan banget udah biasa dan sangat terampil.

    BalasHapus
  8. Asyikkk ada tujuan wisata baru di buleleng. Mantab nih kalau pas main ke rumah keluarga, aku nginep di sini aja ah.

    BalasHapus
  9. Penginapan di Bali itu rata2 adem gitu ya. Terasarumah banget. Itu makanan khasnya aku belum coba. Pas ke Bali dulu karena sendirian jadi gak berani makan macem2 dan kurang paham juga yg halal di mana, hehehe

    BalasHapus
  10. Kalau di Bali dari sudut mana aja juga asik ya Mbak. Btw laklak sepertinya enak mbak buat cemilan, pernah lihat tapi belum pernah nyoba. Kemana-mana memang lebih asik pesannya di pegi-pegi.com.

    BalasHapus
  11. Duh makin mupeng aja deh ini. Tadi habis baca artikel liburan di Bali, sekarang pun sama aja, Bali juga. Huhuhuhuhu.

    BalasHapus
  12. Kangeeeennn Baliiii...

    Kami juga pernah petualangan kayak gini, sayang dulu kurang praktis, pesan hotel di satu tempat, jadinya gak praktis, bolak balik ke hotel, next mau petualangn pindah2 hotel, gak susah nyari hotel kalau ada pegipegi :)

    BalasHapus
  13. Jadi kangen Bali.. memang Bali itu sangat damai ya.. pemandangan dan suasananya selalu membuat orang terpukau.. untuk hotel dan tiket pesawat biasanya suami aku yang urus mba, siap aku info ke pak suami ya untuk cek pegipegi juga.. siapa tahu harga bersahabat ya mba hehe

    BalasHapus
  14. Wow, perjalanan dari selatan menuju utaea, kayak survei saja. Yang jelas pikniknya terasa banget, mana nginap di tempat oke.
    Ternyata gampang cari hotel di Bali pakai aplikasi Pegipegi. Gak ribet pula dan menyenangkan, kita bisa fokus pada perjalanannya, soal tempat menginap sudah ada kemudahan.
    Saya suka homestay Nini, kayaknya homy. :)

    BalasHapus
  15. Waah pengen cicip laklak. Bedanya dgn surabi di kincanya ya, yg laklak ini pake perutana kelapa. Yuuummm bayangin makannya nih, pas laper malem2 pula.

    BalasHapus
  16. WAh seru juga ya jalan-jalan ke Balinya bisa lihat proses pembautan gula aren pula, biasanya aku cuma bisa menikmati aja.
    Btw, bubur bali isinya cuma itu aja ya mbka untuk topingnya, cuma ada kacang? aku belum pernah makan bubur bali

    BalasHapus
  17. Asyik banget Mbak bisa jalan-jalan bareng gitu.
    Klo destinasinya Bali mah gak susah ya cari penginapannya, secara tersebar dimana2. Nyari makannya aja ini yaaa yg susah. Hihihih

    BalasHapus
  18. Seru ya Mba Ika, jadi pengen ikut hahahah
    Laklak ini serabi kalo versi Jawanya
    Kagen mudik deh jadinya. Semoga ada rejeki bisa mudik lagi aamiin

    BalasHapus
  19. Baru tahu nih aku soal sustainable tourism. Idenya boleh juga ya. Jadi pingin ikutan. Kayaknya aku bakal suka laklak deh karena manis ��

    BalasHapus
  20. Salah fokus sama laklak!
    Iya, aku doyan banget sama kuliner tradisional.
    Apalagi dengan topping parutan kelapa dan cairan gula aren.
    Mak nyos, banget!

    Setuju, mba, ke Bali memang kudu berkali-kali, hihihi.

    BalasHapus
  21. Asyik banget ya bisa buat gula aren sendiri. Suka saya gula aren karena hasil masakan jadi wangi dan manisnya pas gitu, gurih pula.

    BalasHapus
  22. Tiga hari dua malam aja udah cukup ya kak, buat liburan di Bali asal tau itinerary nya, duuhhh jadi pengen liburan deh...

    BalasHapus
  23. Saya jadi kepingin road trip ke Bali dan lanjut ke Sumbawa, hehehe

    BalasHapus
  24. Kamarnya bagus yaaa The Kirana. Perasaan klo di Bali tuh hotelnya bagus2, nyenengin buat nginep. Mau ah kapan2 ke Bali bareng keluarga.

    BalasHapus
  25. Pengalaman yang sangat mengesankan pasti ini mba ya. Ke Bali.bisa belajar banyak hal termasuk gula aren

    BalasHapus
  26. Mungkin kalau kita tinggal di Bali memiliki life skill semacam menganyam, dll yaa...
    Aku selalu kagum sama kesederhanaan kehidupan di Bali.

    BalasHapus
  27. Asyik bangeeet sih mba.. road trip yang banyak keseruan pastinya! Aku tuh ngg pernah bosan dengan bali dan sekitarnya

    BalasHapus
  28. Wah manteps banget perjalanannya ya..saya jd kangen Bali dgn segala suasananya yg ngangenin...:)

    BalasHapus
  29. Wah bisa usaha bikin gula aren nih mba pulang dari bali, ak suka dengan keramahan orang-orang bali

    BalasHapus
  30. Wisata yang belum pernah aku kunjungi selama liburan di Bali, sepertinya patut dicoba deh. Khususnya pembuatan gula aren. Bali tuh penuh sensasi aja

    BalasHapus
  31. Aaakkk keren nih jalan2 ke Balinya, terutama untuk melihat destinasi wisata berkelanjutan di Buleleng yaaa.. Bonus bisa nginep di hotel kece, asyiikkk...

    BalasHapus
  32. Ntabs.. .. Aku kangen bgt sama bali. Taun lalu gagal ke Bali hiks...

    BalasHapus
  33. Bali destinasi wisatanya banyak bangeet. Aku 6 bulan tinggal di Bali malah bel ke sini.

    BalasHapus
  34. mengunjungi bali ga akan ada puasnya, pasti ada aja yang di rindukan untuk balik lagi kesana.

    BalasHapus
  35. Aku baru tau laklak, keknya enak ya bun. Btw, bubur bali enak kayaknya nih hihihi...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com