Agar Anak Tidak Menjadi Pembully


Dear friends,

Beberapa tahun belakangan ini, di dunia maya kerap diberitakan mengenai kasus bullying yang kerap kali terjadi di sekolah. Bahkan beberapa diantaranya menyebabkan korban bullying jadi trauma dan melakukan bunuh diri. Miris sekali, ya. 

Saya, pernah jadi korban bullying. Dari SD hingga SMA, bahkan hingga dewasa saya mengalaminya. Meski bukan bully secara fisik, tapi hingga saat ini kata-kata si pembully tentang saya masih saja terngiang di benak saya. 
"Halah, wes elek, codetan, keminter, sok-sokan melu nyanyi. Wes mesthi kalah, lah"
"Heh, codet. Suaramu ki elek, rasah melu-melu lomba. Mesthi kalah. Ngisin-isinke sekolahan wae"
"Senengane adus karo kebo, mulane rupane ireng koyo kebo" 
Itu hanya sebagian verbal bullying yang dilakukan oleh teman-teman SD saya 30 tahunan lalu. (jiyaaah, ketahuan umurnya. LOL). Iya, meski sudah puluhan tahun lalu, tetapi kata-kata yang mereka lontarkan itu masih saja terngiang hingg saat ini. Saya bisa memaafkan mereka tetapi saya belum bisa melupakan. Hati saya masih terluka. 

Saat SMP, kebetulan saya sekolah di Bangkalan, Madura. Karena sifat saya yang gampang kenal dengan orang baru, saya mulai punya beberapa teman dekat. Namun begitu, ada juga yang tidak suka dengan kehadiran saya. Apalagi saya langsung aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah. Saya juga terpilih untuk mengikuti lomba menyanyi hingga tingkat propinsi dan nasional. Ada yang ingat lomba Bahana Suara Pelajar yang diadakan oleh TPI? (sekarang namanya jadi MNC TV). Saya pernah ikut lomba itu dua kali. 

Anak-anak lain yang tidak suka, mulai mempergunjingkan saya. Kalo saya lewat di depan mereka, biasanya mereka mulai mengata-ngatai saya dengan bahasa Madura yang tentu saja tidak saya mengerti maksudnya (untung saya nggak tahu artinya). Coba kalo saya tahu artinya, pasti saya juga akan sakit hati sampai sekarang. 

Masa SMA, ada masa yang tidak menyenangkan juga buat saya. Mengalami verbal bullying hanya karena cowok. Memalukan sekali. Dituduh merebut pacar orang, dibilang perek (maaf ya harus sebut ini), disebut tukang gonta ganti pacar lah. Padahaaaal, ga ada satu pun dari cowok-cowok yang mereka rebutkan jadi pacar saya. Ya abisnya, mereka bukan tipe saya sih. Haha, LOL.

Saat dewasa, saya pikir saya nggak akan pernah menerima bullying lagi, tapi ternyata salah. Saya masih mendapatkan bullying, dan sampai saat ini saya belum bisa melupakannya. Dan yang melakukannya bahkan sudah saya anggap keluarga saya sendiri. Tiba-tiba membolak-balikan keadaan. Difitnah dan dibully melalui media sosial. Kondisi itu sempat bikin saya "parno" membuka sosial media. Untunglah semua sudah berakhir. Saya sudah memaafkan mereka meski hati saya masih terluka. 

Bullying yang masih saja terus terjadi membuat saya khawatir. Saya khawatir ini akan menimpa anak-anak saya juga. Memang sih, anak-anak pernah bercerita kalo pernah mengalami bullying. Bahkan anak laki-laki saya nggak cuma mengalami verbal bullying tetapi juga phisical bullying. Dia mengalami bully secara fisik. Pernah suatu hari dia pulang sekolah dengan tubuh lebam karena badannya ditindih beberapa temannya sekaligus. Tentu saja saya marah. Keesokan paginya saya pergi ke sekolahnya dan melaporkan kejadian yang menimpa anak saya kepada wali kelasnya. Untunglah saya masih bisa perpikir dengan kepala dingin dan menyerahkan semuanya kepada sekolah. Setelah kejadian itu, sekolah lebih ketat dalam mengawasi murid-murid sekolahnya. 

Agar anak-anak saya tidak ikut-ikutan menjadi pembully, saya bicara dari hati ke hati pada mereka. Di sinilah peran orangtua sangat penting dalam mendidik anak-anak agar tidak menjadi pembully. Beginilah yang saya sampaikan kepada anak-anak agar tidak menjadi pembully. 

Bullying itu Tidak Baik

Saya katakan kepada anak-anak bahwa melakukan bullying adalah tindakan kejahatan. Bahkan jika terjadi sesuatu pada korban bullying, mereka akan mendapatkan hukuman dan dimasukkan ke panti sosial untuk dibina. 

Bullying menyebabkan Trauma pada Korbannya

Saya tekankan juga pada anak-anak bahwa korban bullying akan mengalami trauma seumur hidupnya. Bisa jadi, trauma itu akan membuatnya jadi pembully juga. Secara tidak langsung orang yang jadi pembully akan berkontribusi terhadap dosa yang dilakukan oleh pembully lainnya. Mau, dapat dosa jariyah dari pembully? Nggak, kan?

Menyayangi Sesama adalah Perbuatan Keren

Kita semua memiliki hak dan kedudukan yang sama di mata Allah. Menyakiti sesama sama halnya menyakiti Allah. Menyayangi sesama adalah perbuatan keren. Kalau kita ingin dicintai maka kita harus mencintai terlebih dahulu. 

Tak Perlu Membalas Perbuatan si Pembully

Sesakit apapun hati kita ketika dibully, tak perlu membalasnya. Kalo kita balas, berarti kita sama saja dengan si pembully. Maafkan dan doakan agar si pembully tidak melakukannya lagi. 

Selalu saya sampaikan bahwa berbuat baik kepada semua orang bisa mendatangkan kebaikan juga bagi kita. Allah sellau bersama orang-orang baik. 





Posting Komentar

4 Komentar

  1. betul sekali mbak, sampai kapan pun tetap gak akan lupa dengan perlakuan bullying yang kita terima, ya. meskipun kita sudah bisa memaafkan. semoga anak-anak kita jadi anak yang baik, penuh kasih sayang dan kuat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mbaa Din, semoga anak-anak kita tidak jadi pembully

      Hapus
  2. Pasti saat ini pelaku-pelaku bully itu kalau ketemu Mbak Ika jadi minder deh, mereka auto terbully balik dengan sendirinya, hehe.

    Iya Mbak penting sekali bagi setiap orangtua memberi pengertian tentang bullying kepada anaknya. Karena pengaruhnya pada tiap anak beda-beda. Ada yang cuek, ada yang nangis, ada yang diam-diam dendam dan sebagainya. Orangtua harus dekat dengan anak supaya anak mau terbuka jika ada kejadian apa saja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo saya pulang kampung dan ketemu mereka, saya tetap menyapa dan baik pada mereka. Secara kami kan sudah dewasa semua, jadi berusaha melupakan apa yg terjadi puluhan tahun lalu.
      Betul mba Anjar, nggak semua anak mau cerita apa yang dialaminya di sekolah atau pun di tempat main. Tapi bersyukurnya, anak-anak saya biasa cerita apapun yg menimpa mereka

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com