Ulang Tahun Kemerdekaan ke 75, Apa Kabar Indonesia?



Dear friends,

Sudah enam bulan lamanya masyarakat Indonesia menghadapi situasi berat akibat wabah covid-19. Situasi yang menakutkan dan mencemaskan sehingga selama itu pula masyarakat melakukan upaya untuk menghindari terkena virus corona. Sudah banyak korban berjatuhan akibat covid-19 hingga hari Jum'at (14/08/2020) ini di Indonesia sebanyak 135.123 kasus positif corona, 6.021 orang meninggal dunia dan 87.558 pasien sembuh.

Kita begitu babak belur dihajar pandemi pada awal kuartal kedua tahun 2020. Dikagetkan dengan kemunculan wabah corona yang akhirnya melumpuhkan sektor-sektor kehidupan. Membuat semua orang harus beradaptasi secepat kilat dan memulihkan diri dari keterkejutan.

Sejak diumumkan adanya warga yang terpapar virus awal Maret lalu, korban positif virus jumlahnya semakin bertambah.  Sementara itu ketersediaan rumah sakit dan tenaga medis serta alat pendukung kesehatan seperti pakaian APD dan ventilator sangat minim. Hal ini menunjukkan ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi pandemi ini. 

Merayakan Kemerdekaan di Tengah Pandemi



Pandemi memang mengubah kehidupan kita secara drastis. Perkantoran mulai menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Aktivitas belajar mengajar di sekolah dihentikan sementara untuk dialihkan dalam kelas daring. Siswa menyimak pembelajaran dari layar gadget mereka. Aktivitas ibadah dijalani secara personal dan dilakukan di ruang-ruang privat. Rumah menjadi pusat kegiatan selama wabah belum teratasi.

Kita lantas dihantui kecemasan berlebih karena ruang gerak dibatasi. Hanya berkutat di rumah atau keluar sesekali untuk urusan yang urgent saja. Kondisi ini tentu saja memunculkan kecemasan. Ya wajar aja sih, hal ini terjadi ketika kita dihadapkan pada ketidakpastian, seperti pandemi saat ini.

Yang kita tahu sekarang, pandemi ini nyata dan menyeramkan. Sudah banyak sekali korban berjatuhan, entah dari masyarakat sipil, tenaga kesehatan, maupun pejabat publik. Ini menggambarkan bahwa virus Covid-19 ini tidak pandang bulu. Ia tidak memilih target sasarannya. Ia memaksa kita meningkatkan kewaspadaan dan semakin menjaga kesehatan. Ia juga menyadarkan kita untuk lebih memerhatikan kondisi orang-orang sekeliling.

Berada di rumah terus menerus bisa memicu munculnya sindrom cabin fever dan itu berpotensi dialami orang-orang terdekat dan diri sendiri. Sindrom ini menyebabkan kita jadi rentan stress, mudah marah, fungsi konsentrasi menurun, dan dihinggapi perasaan negatif lainnya. Padahal kondisi mental yang baik adalah awal mula dari kesehatan fisik yang baik.

Dengan dukungan dari orang terkasih, harapannya kondisi cabin fever teratasi. Sebagai individu akan semakin merasa kehadirannya ada di mata orang lain. Supaya kita tidak sendirian menghadapi pandemi yang begitu melelahkan ini. Pandemi yang menguras energi dan menyita kewarasan kita.

Mendefinisikan Ulang Arti Kemerdekaan

Kemudian, apakah kita perlu mendefinisikan ulang makna kemerdekaan ketika pandemi seperti sekarang? Jika merdeka diartikan sebagai kebebasan, berarti saat ini kita tengah terpenjara. Terkungkung dalam ruang gerak yang sempit dan tidak memiliki keleluasaan. Untuk melakukan hal-hal yang kita senangi sekalipun, rasanya sulit sekali saat pandemi ini.

Tanggal 17 Agustus 2020 ini untuk pertama kalinya kita akan merayakan HUT Kemerdekaan RI yang ke 75 di tengah pandemi. Kita merayakan kemerdekaan tapi dalam kondisi tidak merdeka, dalam artian tidak bebas merayakannya seperti tahun-tahun lalu. Tahun ini tidak akan ada pawai, lomba-lomba yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Tahun ini kita akan merayakan hari kemerdekaan di rumah saja.

Pandemi memang mengorbankan banyak hal dari hidup kita, termasuk kemerdekaan diri. Seperti harus lebih menahan diri untuk melakukan transaksi pembelian. Lebih mengerem untuk belanja barang yang tidak dibutuhkan, agar uangnya bisa dialokasikan sebagai tabungan atau dana darurat. Penyebabnya lagi-lagi adalah, kita tak pernah tahu sampai kapan pandemi ini berlangsung. Jadi semestinya, kita bersiap atas kemungkinan terburuk dengan merencanakan segalanya secara matang. Termasuk, siaga secara finansial.



Namun kesempatan ini tidak bisa dinikmati oleh semua masyarakat. Masih ada yang harus banting tulang lebih keras untuk sekadar memastikan hari ini bisa makan cukup. Mereka adalah para pekerja harian yang tidak menggantungkan hidup mereka dari gaji bulanan.

Dari sinilah kita akhirnya memahami bahwa merdeka di masa pandemi adalah ketika kita masih diberikan kesempatan bernapas tanpa menyandang status sebagai pasien Covid-19. Merdeka adalah saat kita dikelilingi orang-orang terkasih yang masih sehat selama pandemi. Orang-orang yang saling dan selalu mendukung serta menguatkan di kondisi sulit sekalipun.

Merdeka di saat pandemi juga bisa dimaknai tentang bagaimana hidup kita bisa berjalan dengan tenang karena tidak ada kesulitan berarti saat harus beli kuota internet untuk kerja dari rumah. Masih punya cadangan dana dan tetap punya penghasilan tetap yang tidak berkurang sedikit pun. Jika semua itu masih ada pada diri kita, artinya kita bisa sedikit lega dan merdeka menghadapi pandemi.

Lantas siapa yang bisa menjamin bahwa kemerdekaan seperti itu bisa dinikmati utuh oleh semua rakyat kala pandemi? Masih terdengar berita masyarakat kesulitan mengakses sinyal untuk belajar daring. Masing tersiar kabar bahwa banyak siswa yang tidak memiliki gadget untuk mendukung belajar daring. Banyak juga yang akhirnya memulai usaha baru demi menggerakkan roda perekonomi an keluarga, setelah kehilangan mata pencaharian.

Kita yang sudah merdeka, sudah sewajarnya turut membantu mengentaskan warga lain yang masih terpuruk akibat pandemi. Kita yang mampu memandang pandemi sebagai waktu luang baru untuk menambah kemampuan atau hobi baru, ada baiknya menularkan semangat positif kepada lainnya. Karena tidak semua orang bisa mengalihkan dan menepis energi negatif menjadi sebuah aktivitas yang bermanfaat.

Yuk, kita sebarkan semangat pada orang lain agar tetap semangat menjalani hidup meski di tengah pandemi. Namun tetap dengan mematuhi protokol kesehatan, agar kita segera merdeka dari pandemi.





Posting Komentar

4 Komentar

  1. Mbak, bagus banget tulisannya ya Allah ini memang cobaan banget pandemi. Secara garis besar memang kembali seperti belum merdeka, tetapi teknologi sudah cukup membantu mengakses dunia luar. Semoga kesejahteraan semakin merata. Ini masa sulit untuk seluruh dunia. Mari optimis 💪💪 thanks for sharing with us mbak

    BalasHapus
  2. Sekalipun Indonesia sudah merdeka selama 75 tahun bukan berarti seluruh rakyat sudah merdeka sesuai dengan harapan Para founding fathers. Merdeka secara ekonomi belumlah bisa diakses oleh semua kalangan. Mereka yang sudah merdeka dari sisi finansial atau siapa pun yang bisa memungkinkan untuk membantu saudara-saudara yang lain semoga semakin dilimpahkan rezekinya.

    BalasHapus
  3. Semoga kita semua semangat terus yaa meskipun kondisi lagi pandemi, hari kemerdekaan diperingati secara sederhana dan virtual.
    Yang penting masker jangan sampai kendor!!

    BalasHapus
  4. dirgahayu untuk negeriku tercinta, semoga engkau terus berjaya dan semakin aman sentosa, rakyatnya menjadi makmur sejahtera, keadilan merata, dan kemiskinan semakin berkurang, pendidikan merata dan terjangkau oleh semua warganya, sehingga membuat Indonesia makin membaik, damai dan sejahtera. Semoga pandmei juga segera berakhir dan perekonomian negara kita semakin membaik dan alampun makin bersahabat, mari kita jaga negeri kita dan bumi kita untuk masa depan generasi berikutnya. Indonesia Berjaya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com