Gado-gado Nenek Kucing saya dimuat di edisi ini |
Setelah tidak aktif mengajar, aktivitas harian saya hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sesekali saya mengajar privat. Selain itu ya...di rumah full menemani anak-anak. Beberapa bulan belakangan, untuk mengisi waktu senggang saya mulai menulis (lagi). Selain menulis di blog, saya menulis fiksi. Kadang juga menulis artikel, resep atau tulisan ringan lain untuk dikirim ke media.
Beberapa waktu lalu, saya mendapat surprised dari
seseorang yang memberi kabar bahwa salah satu tulisan yang saya kirim
akan dimuat di majalah Femina. Woww. Benar-benar kejutan manis ditengah
hari yang gerimis *wuidih sok puitis.
Setelah
semua persyaratan dipenuhi, akhirnya muncul juga tulisan saya di
majalah Femina edisi 31 hari Kamis tanggal 6 Agustus 2015 kemarin.
Sayangnya bukti terbitnya belum sampai, jadi nggak bisa di foto deh.Eh...pada penasaran nggak sih pengen liat tulisan rubrik Gado-Gado saya? *ih ge er banget ini mah..
Biar nggak pada penasaran, berikut ini tulisan aslinya ya.
Nenek Kucing
Sejak
memakai kalung dengan liontin berbentuk kucing, anehnya saya jadi suka sama
kucing. Bahkan terbersit dibenak saya untuk memelihara kucing. Sayup
dikejauhan, suara kucing mengeong.
Sebenarnya nama beliau adalah nenek
Ranti, tapi kami biasa memanggil beliau dengan sebutan nenek kucing. Beliau
tinggal di depan rumah kami. Beliau sangat mencintai kucing. Entah berapa ekor
kucing yang tinggal di rumah beliau. Yang pasti banyak, karena setiap hari Mbak
Gi, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah beliau membeli
berkeranjang-keranjang ikan tongkol untuk makanannya. Bahkan nenek Ranti
mempekerjakan dua orang untuk membantu beliau mengurus kucing-kucing itu. Aiih,
sampai segitunya ya?
Kucing-kucing peliharaan nenek Ranti
bukanlah kucing ras yang cantik-cantik seperti kucing Persia atau Anggora tapi
kucing kampung. Kucing-kucing kampung itu ternyata dipungut nenek Ranti dari
jalanan. Nenek Ranti merawat kucing-kucing kampung itu seperti merawat anaknya
sendiri. Seolah tahu membalas budi, kucing-kucing itu juga sangat setia pada
beliau. Bila nenek Ranti pulang dari
bepergian, kucing-kucing itu sudah menyambut di depan pintu pagar. Mereka
seolah berebut menyapa nenek Ranti.
Kata eyang saya yang juga teman nenek
Ranti sejak kecil, dulu nenek Ranti tidak suka pada kucing. Bahkan sangat membenci
kucing. Namun ada satu peristiwa yang kemudian mengubah sikap nenek Ranti
terhadap binatang kesayangan Rasulullah itu. Ketika nenek Ranti remaja, beliau
pernah diselamatkan oleh seekor kucing.
Ceritanya, dulu ada seekor ular yang
cukup berbisa masuk ke dalam rumah beliau. Nenek Ranti hanya bisa
berteriak-teriak saking takutnya. Hingga kemudian datanglah seekor kucing yang
mencoba melawan si ular (kayak dongeng aja). Si kucing kampung dengan gagahnya
mencoba menggigit si ular. Konon katanya, terjadilah pertempuran yang sengit
antara si kucing dengan si ular. Ularpun mati karena gigitan dan cakaran si
kucing. Tapi sayang, si kucing juga akhirnya mati karena terkena racun si ular.
Sejak saat itulah, nenek Ranti berubah
jadi penyayang kucing. Kucing-kucing kampung terlantar yang beliau temukan di
jalanan beliau bawa pulang. Tak jarang ada juga orang yang mengantarkan kucing
ke rumah beliau dan tentu saja nenek Ranti dengan senang hati menerimanya. Kucing-kucing
kampung itu diperlakukan istimewa. Dimandikan, diberi makanan yang cukup,
hingga kalung dengan lonceng kecil yang tergantung di leher mereka.
Kebiasaan itu tak berubah sampai nenek
Ranti menikah dan punya anak. Bahkan anak-anak beliau juga mengikuti jejak
beliau menjadi penyayang kucing. Semakin hari, semakin banyak kucing yang
beliau pelihara. Karena itulah nenek
Ranti kemudian mempekerjakan dua orang yang membantu beliau merawat
kucing-kucing itu. Mantri hewan juga datang setiap bulan untuk memberi vaksin
dan memeriksa kondisi kucing-kucing itu.
Ada salah satu kucing nenek Ranti yang
aneh menurut saya. Tidak seperti layaknya kucing lain yang doyan makan ikan,
kucing ini hanya doyan kue apem. Kucing vegetarian ini bisa menghabiskan
sebungkus kue apem isi sepuluh dalam sehari. Lucunya kucing vegetarian nenek
Ranti ini hanya doyan kue apem bikinan mama saya. Iya, mama saya kebetulan
punya usaha katering kue. Makanya setiap hari sayalah yang bertugas mengantar
kue apem buat si kucing. Pernah suatu hari, ketika mama saya sakit dan tidak
bisa membuat kue apem jadi asisten rumah tangga nenek Ranti membelikannya kue
apem di pasar. Si kucing tak menyentuh sedikitpun kue apem dari pasar itu.
“Kasihan si Menci jadi tidak makan
seharian karena nggak ada kue apem mama Ita,” kata nenek Ranti. Hehehe…,mungkin
si kucing sudah benar-benar menjadi penggemar fanatik kue apem mama saya. Nggak
bisa pindah ke lain apem.
Ada lagi cerita yang juga aneh menurut
saya. Dari empat anak nenek Ranti, ada salah satunya yang bermata mirip mata
kucing. Mata tante Sofie, putri bungsu nenek Ranti berwarna hijau seperti mata
kucing. Tante Sofie juga seperti nenek Ranti. Di rumahnya, beliau juga
memelihara kucing. Hanya saja, jenis kucingnya berbeda dengan kucing peliharaan
nenek Ranti. Tante Sofie lebih banyak memelihara kucing ras Persia. Beliau
bahkan tak segan merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk membeli kucing Persia
dan segala assesorisnya.
Nenek Ranti pernah cerita pada saya kalau
tante Sofie rela mengeluarkan uang lima juta hanya untuk membelikan kucing
kesayangannya sebuah kalung. Wah, kalau saya pasti pikir-pikir dulu deh.
Pengeluaran bulanan nenek Ranti untuk
kucing-kucingnya pun terhitung fantastis buat saya. Tak kurang dari Rp 3 juta perbulan
demi mengurus kucing-kucing itu. Wooww…., sama dengan gaji saya sebulan.
“Nenek apa nggak sayang keluar uang
banyak hanya buat kucing-kucing itu,” tanya saya pada nenek Ranti.
“Enggak lah Ta, kucing-kucing itu juga
membawa rejeki. Buat nenek, tidak ada yang sia-sia atas apa yang nenek
lakukan,” ujar beliau.
Saya sungguh salut atas apa yang nenek
Ranti lakukan. Tak banyak orang seperti nenek Ranti yang rela mengeluarkan
banyak uang hanya untuk merawat kucing. Mungkin itu cara nenek Ranti berterima
kasih pada kucing atas kejadian yang pernah menimpa beliau dulu, saya hanya menerka-nerka.
Maka pantaslah nenek Ranti dijuluki
sebagai nenek kucing. Nenek Ranti memang seperti nenek para kucing. Suatu hari,
ketika saya mengantar kue apem untuk si kucing beliau memanggil saya.
“Ini buat kamu..,” nenek Ranti
mengulurkan sebuah kotak. “Bukalah..,” ujar beliau lagi.
Setelah mengucapkan terima kasih, saya
buka kotak itu. Ternyata sebuah kalung dengan liontin berbentuk seekor kucing. Kalung
itu kemudian saya pakai. Dan anehnya setelah saya memakai kalung itu, saya
mulai suka pada kucing. Mulai terbersit di benak saya untuk memelihara kucing.
Bahkan, setiap malam menjelang tidur saya seperti di nina bobokan dengan suara
kucing. Sayup-sayup saya seperti mendengar suara kucing yang mengeong. Meeooonngg……meeooongg…
Gimana
tulisanku menurut sahabat? Biasa saja atau terlalu biasa?
Hihi...namanya juga sedang dalam tahap belajar. Dengan dimuatnya
tulisan ini, saya semakin terpacu untuk terus menulis. Seperti yang
dikatakan mb Nurhayati Pujiastuti "Menulis, Kirim, Lupakan".
Seperti
tulisan ini, saya mengirimya sekitar bulan Oktober tahun lalu. Tak
disangka, bisa dimuat bulan ini. Sungguh sebuah kepuasan tersendiri bagi
saya. Saya pun berjanji pada diri saya sendiri untuk terus menulis.
Nah, kalo teman-teman mau mengirim cerita ke rubrik Gado-gado seperti saya, berikut ini caranya :
- Panjang tulisan 700-800an kata atau kurang lebih 3 halaman folio.
- Ditulis dengan font Times New Roman atau Arial ukuran 12 pt dengan spasi ganda.
- Beri judul yang menarik atau eye catching .
- Gaya penulisan santai dan tidak kaku, namun tetap sesuai dengan EYD yaa.
- Sebisa mungkin ada pesan moral didalamnya.
- Kirim dalam format RTF (rich text format)
- Sertakan data diri, nomor rekening dan kontak yang bisa dihubungi.
- Kirim ke email majalah Femina di kontak@femina.co.id
Setelah itu sabarlah menunggu sembari menulis lagi. Bila tulisan kita layak untuk dimuat, biasanya akan dihubungi pihak redaksi via telepon dan email. Jadi tunggu apa lagi?
51 Komentar
Wah keren ceritanya, jadi inginngirim juga
BalasHapusAyo lah kirim-kirim mb Harie..., mayan loh honornya ;))
HapusKisahnya inspiratif loh, meski aku sih tetap takut ama kucing, eh nggak nyambung ya, hihihiii
BalasHapusKereeen... pokoke keren kalo udah mejeng di Femina, mbak.... selamat lagi yaaa ^_^
Hehehe...makasiiih mb Wati, jadi semangat nulis terus pokoknya... :)
Hapusrubrik apa mbak? ceritanya ringan tapi seru..
BalasHapusRubrik gado-gado mb Tetty..., rubrik ini memang rubrik ringan kok...hehe, ayo coba nulis deh
Hapusgado2 ini seperti cerita pendek ya, fiksi kan?
BalasHapusSelamat mba karyanya bisa mejeng di femina, keren.
Boleh fiksi boleh juga kisah nyata kok mb Lianny. Makasiiih...ini baru pertama kalinya dimuat di majalah Femina. Yang lain, belum ketahuan nasibnya...hehe
HapusWah, selamat, mba Ika..top deh.. :D
BalasHapusHihihi..makasiiih mb Juliastri...*malu-malu kucing ;))
HapusKak ini endingnya bikin serrr jantung, sayup sayup suara kucing yg meninabobokan aku masi ambigu
BalasHapusItu nenek yg berubah jd kucingkah
Eh...itu bener2 suara kucing kali...hehehe ;)
HapusKereeeen Mbak! Aku harus segera meniru jejakmu! Hihi. Ini panjangnya berapa kata ya?
BalasHapusIhh...dikau juga dek say, ayo nulis...panjangnya cuma 800 an kata kok. Honornya lumayan looh...:))
HapusKeren tulisannya, selamaat yoo... Sukses teruuss. :*
BalasHapusMatur nuwun...terima kasih maak...
Hapusaih,keren tulisannya mbak....saya masih takut kucing^^
BalasHapusIiih...jadi maluu, saya sih nggak takut, cuma geli kalo ndusel2 di kaki saya...hihi
HapusKerenn artikelnya...slmt ya mbak :)
BalasHapusTerima kasih mb Nani :))
Hapushahaha... endingnya agak agak misteri gituuu
BalasHapusHihi...iya mak Tanti, biar yang baca makin penasaran gitu... ;)
Hapuskereeeeen, luarbiasa ya ikatan batin nenek Ranti dan kucing-kucingnya.
BalasHapusIya mb Kania..karena nenek Ranti mencintai kucing2 itu dengan tulus...
HapusCeritanya ringan tapi asyik mbakk..
BalasHapusOh ya mbak saya mau nanya gimana ya cr ngirim rubrik gtu? :-)
Bikin aja tulisan kisah nyata, boleh juga fiksi sebanyak 800an kata. Kirim ke emailnya femina dan tunggu deh kabar dari Femina. Biasanya kabarnya kalo nggak tentang pemuatan, ya penolakan...hehe
HapusCeritanya bagus Mbak. Top deh :)
BalasHapusHehe...makasiiih mb Rizka :)
BalasHapusKereennnn maakk..daku udh ngirim brkali kali ke femina tp blm ada yg tembus...kasihan yak..seoertinya harus bnyak belajar lg nih, berguru lg, bagaimana kalau aku berguru padamu mak :)
BalasHapusWaaa....aku ngirim berkali-kali dari kapan tahun maak, baru kali ini dimuat...hihi
HapusMau berguru padakuuh? Maree sini DP nya dulu *mak2 matre
Jangan2 itu liontinnya ada jampi2nya biar orang yg pake itu liontin jadi suka kucing ya mba hahha...*iya gak sih?* #sokteu hehehe...
BalasHapusMungkin juga yaa...hihi, gimana kalo dirimu kukirimi liontin yg ada potoku, biar dirimu syukaaa padakuuh...hihi
Hapuswaah selamat maak keren. tadi kupikir gado2 nenek kucing apa yaa hahaha tertanya judul tuisan di rubrik gado2 toh
BalasHapusHehe...iyaa maak, terkecoh sama judulnya dong...
HapusApik.mbak tulisannya..jadi.kepengen.nyobain.ngirim femina juga nih..
BalasHapusSelamat ya mbak :)
ayuk atuh nyoba ngirim....
Hapusmakasih yaa..
Uhuui keren bisa tembus femina. Selamat Mba Ika.
BalasHapusHehe...makasih mb Ety... :))
HapusKereen buuun...
BalasHapusTengkiu Neu....semoga akan ada banyak lagi yang dimuat..hihi
HapusKereennn mb ikaa, kpn2 ah mw kirim jg #ngubek2 stok tulisan
BalasHapusSiiip...semangat mb Riaa... *hug..hug
HapusKeren banget dimuat Femina. Dan tips kirim dan lupakan sudah diterapkan, kalau aku jadi punya kelemahan, pernah ikut event, menang dan tahu-tahu sudah expired hadiahnya. Untung bukan yang gede segaban. Hehe.
BalasHapusHehe...makasih mbak...kayaknya kalo buat lomba nggak berlaku ya...
Hapusini aja aku nulisnya sudah lama, baru dimuat sekarang aja...
Kereen buuun...
BalasHapusOOh jelass doong :))
Hapuskereeenn!
BalasHapusmenulis, kirim, lupakan itu yang rasanya saya belum sanggup. Kalau udah kirim, saya masih inget-inget hahaha
Hihi...kalo nunggu transferan baru diingat-ingat terus ya Mak Chi... :))
HapusKeren, semogaa aku bisa ketularan semangat nulisnya
BalasHapusAamiin...mb tatit juga kereen....saya masih belajar nih..
HapusSelamat ya mbak, saya kira itu pengalaman beneran (beneran apa fiksi ya *kepo) bacanya seolah2 beneran soalnya. Alhamdulillah ya rejeki di tengah rintik hujan :D
BalasHapusJadi makin terpacu nulis, makasih sharingnya :)
Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com