Kampus Fiksi, Bukan Sekedar Belajar Menulis Fiksi

kampus-fiksi-bukan-sekedar-belajar-menulis-fiksi
Bersama Rektor Kampus Fiksi Edy AH Iyubenu

Hari Minggu, tanggal 29 November 2015 yang lalu saya berkesempatan mengikuti Roadshow Kampus Fiksi yang diadakan di Gedung Wanita Semarang. Setelah sebelumnya mengirim email yang menyatakan kesanggupan untuk mengikuti Kampus Fiksi, karena peserta dibatasi hanya 150 orang saja. Dan acara ini gratis dipersembahkan oleh penerbit Diva Press. Bersamaan dengan acara Kampus Fiksi, ternyata ada Pameran Buku yang juga berlangsung di lokasi yang sama. Sebelum acara dimulai saya sempat melihat-lihat buku. Akhirnya saya kepincut pada bukunya Dewi "DEE" Lestari, Perahu Kertas. Lebih senangnya lagi, banyak juga rekan-rekan satu komunitas yang mengikuti acara Kampus Fiksi ini. Jadi bisa belajar bareng, nih.

Tema yang diusung pada Kampus Fiksi tahun ini adalah bagaimana menulis esai, artikel, makalah dan buku non fiksi. Namun sebelumnya ada materi tentang bagaimana cara melakukan self editing yang disampaikan oleh editor buku Agama penerbit Diva Press. *ups..sorry saya lupa nama pematerinya...haha.
Saya rangkum sedikit hasil dari acara kampus fiksi kemarin ya. InsyaAllah bermanfaat.

kampus-fiksi-bukan-sekedar-belajar-menulis-fiksi
Materi Self Editing

Mengedit tulisan kita sendiri, perlu nggak sih?
Jawabnya adalah PERLU. Karena mengedit tulisan sendiri atau self editing akan memperkecil kemungkinan kesalahan dalam naskah sekaligus memperbesar kemungkinan naskah kita diterima oleh penerbit.

Apa yang harus dijadikan landasan dalam mengedit? 
Ada setidaknya 3 landasan yang dipakai dalam mengedit yaitu KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan Selingkung (biasanya digunakan oleh penerbit).
Selingkung (bukan selingkuh lho ya..) ini adalah aturan lokal yang dimiliki setiap penerbit. Aturan lokal setiap penerbit berbeda-beda.

Hal-hal apa saja yang perlu diedit?
Ketika mengedit tulisan, fokuslah pada 3 hal, yaitu isi materi, pola kalimat (SPOK) dan kalimat yang ambigu. Kalimat ambigu ini kadang membuat pembaca jadi salah memaknai apa yang dimaksud oleh penulis.
Contohnya seperti kalimat dibawah ini :
>  Akan kudekap kau sampai mati.
    Maksud penulis pada kalimat ini adalah bahwa penulis akan selalu setia, akan selalu mengenang
    sang kekasih hingga akhir hayat.
    Tapi bisa saja pembaca salah persepsi, sehingga kalimat tersebut bermakna bahwa penulis akan
    mendekap sang kekasih hingga sang kekasih mati.
Beda makna, kan? Oleh karena itu kita disarankan untuk berhati-hati dalam memilih kalimat. Jangan sampai kalimat kita ambigu.

Bagaimana sistematika penulisan yang baik?
Nah, ini nih yang harus diperhatikan. Ada beberapa syarat agar tulisan kita sempurna, antara lain :
1]  Sistematis, runtut, tidak berbelit-belit.
2]  Tidak mengulang materi yang sudah dibahas.
3]  Naskah tidak perlu dipanjang-panjangkan.
4]  Memilih diksi yang sesuai dengan KBBI dan maknanya "diakui" oleh KBBI. 
     Kadang kita menemukan tulisan yang salah menempatkan/ menggunakan diksi. 
     Misalnya : Dia hanya diam tak bergeming, padahal arti kata bergeming adalah diam.
5] Tidak membakukan kata berdasarkan asumsi pribadi atau membuat istilah sendiri yang tidak dipahami oleh orang lain.
6] Memperhatikan penggunaan tanda baca dan huruf kapital, karena bisa berpengaruh terhadap 
makna kalimat.     Misalnya  : Jangan buang nasi itu, sayang. (menyayangkan)
                                                Jangan buang nasi itu, Sayang. (ungkapan sayang)

Bener-bener deh, baru dapat materi pertama saja sudah terbayang dosa-dosa saya dalam menulis. Diksi, EYD, KBBI....lewat. Harus segera kembali ke jalan yang benar dalam menulis, kalau tidak ingin dibilang penulis ecek-ecek.

kampus-fiksi-bukan-sekedar-belajar-menulis-fiksi
Materi prinsip pokok menulis esai, artikel, makalah dan buku

Lain soal self editing, lain pula soal prinsip-prinsip pokok menulis esai, artikel, makalah dan buku. Materi kedua ini disampaikan oleh Rektor Kampus Fiksi, Edy AH. Iyubenu. Cara penyampaian materinya asyik dan tidak membosankan.

Menurut pak Edy, sebelum menulis sebaiknya penulis melakukan tiga tahapan ini.
Tahap pertama  yaitu Pra Menulis
Sebelum menulis sebaiknya penulis melakukan hal-hal berikut ini  :
  • Menabung dan memilih ide (kegelisahan intelektual), bisa karena buah bacaan, permenungan, pengamatan dan aktualitas.
  • Mastering (penguasaan mainstream), kian detail tentu kian kuat.
  • Penjajagan landasan teori yang hendak dipakai membedah ide.
  • Memahami common sense atau cocoklogi (istilah pak Edy) dan proporsi.
  • Membuat outline/ kerangka tulisan (jika dibutuhkan atau belum terbiasa).
Tahap kedua  yaitu  Saat Menulis
Apa saja yang harus dilakukan saat kita menulis?
  • Membangun opening yang memikat, yang menghadirkan greget atau pertanyaan.
  • Menyajikan materi dengan runtut, sistematis antar kalimat dan antar paragraf.
  • Disiplin pada outline yang telah dibuat, boleh juga disisipkan selipan-selipan kecil dari tokoh-tokoh terkenal dan terkait.
  • Teknik analisis yang dilakukan serupa dengan orang yang hendak naik gunung, yaitu menanjak, puncak dan menurun.
  • Akhiri dengan kalimat impresif, menghentak, menggugah dan berkesan mendalam.
Tahap ketiga yaitu Pasca Menulis 
Setelah selesai menulis, apa yang biasanya kita lakukan? dibaca lagi sambil self editing atau langsung kirim? Penulis yang baik sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini :
  • Endapkan. Tinggalkan dulu tulisan kita selama beberapa hari, agar kita lebih calm.
  • Lakukan self editing, membaca ulang tulisan kita dengan teliti, koreksi kesalahan ketik, kekurangan struktur kalimat, ulasan dan sebagainya.
  • Pertajam topik atau materi tulisan.
  • Perkaya dengan diksi, kosa kata, gaya berkalimat agar lebih lezat disantap (wuih...bahasanya pak Edy)
  • Bila sudah benar-benar yakin dan percaya diri, kirimkan tulisan kita ke media yang diinginkan.
  • Good attitude.
Selain menjelaskan tentang tahap-tahap yang harus dilalui oleh penulis, pak Edy juga mengungkapkan berbagai masalah yang biasanya dialami oleh para penulis pemula (seperti saya..hehe).
Secara umum, problem/ masalah yang  biasanya dialami oleh penulis pemula adalah  :
  • Menulis dari ruang kosong akibat miskin ide, sekedar ikut-ikutan trend, malas membaca dan menempuh kontemplasi (batin) dan gagal metodologi (nalar kritis). Harusnya, tuliskan hanya yang diminati dan dikuasai.
  • Abai metodologi. Padahal metodologi adalah "cara berpikir" yang ibaratnya box and box. Lalu kita pilih box mana yang akan dipakai. Metodologi sederhananya mencakup urusan pendekatan atau "perspektif" dan kerangka atau landasan teori dalam membedah tema dan ide (kegelisahan intelektual) adalah tulisan.
  • Memahami karakter media atau pembaca buku yang disasar.
  • Penulis baru biasanya terjebak pada gaya kliping. Fakir proposisi analitik apalagi inversi (bahasa tingkat tinggi, nih).
  • Tidak membuat outline, sehingga tulisan akan berputar-putar, mengulang-ulang, tidak fokus dan tidak tajam.
  • Tidak melakukan pengendapan tulisan, sehingga tulisannya akan kotor dan acak-acakan akibat terlalu percaya diri bahwa tulisannya sudah istimewa.
  • Tidak sabar untuk menempuh proses kreatif.
  • Sombong atas kemampuannya sehingga lupa berdoa dan beribadah demi kelancaran proses kreatifnya.
Mak jleb sekali mendengarkan penjelasan dari pak Edy. Ternyata saya belum masuk kategori penulis yang baik. Makanya beruntung sekali saya bisa ikut Kampus Fiksi edisi Non Fiksi kemarin.
Semoga akan ada lagi kesempatan untuk menambah ilmu kepenulisan. Sekarang, waktunya untuk mempraktekkan ilmu. Semangat menulis, kawaan.


Posting Komentar

16 Komentar

  1. Wow! Kumpliiit!!

    tampilan blognya makin cantik Mba.. :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...hasil nyatet kemarin mb Rin..
      iya nih, biar ga bosen...aku utak atik biar cantik...hehe

      Hapus
  2. makk, aku paling susah ngedit artikel nonfiksi. kadang belibet2 bahasanya jadi dipangkas beberapa. harus diendapkan dulu huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo tulisan non fiksi memang sedikit ribet ngeditnya, karena ada hubungannya sama teori2....kalo aku lebih suka nulis non fiksi sih...hehehe

      Hapus
  3. Balasan
    1. Mungkin kalo banyak peminat bisa sampai sana, mb Anisa..:)

      Hapus
  4. ditunggu mbak..karyanya...di mari..

    BalasHapus
  5. Duh kalau SPOK lagi, banyak banget kesalahan dalam penulisan blogku. Saya Menulis Blog di rumah. Coba, Adek lihat mobil itu...heheeee, seru juga ya belajar lagi, jadi penulisan semakin menarik dan tidak membuat ambigu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo untuk kalimat sih...nggak harus lengkap spok terus kok, mak..
      subjek sama predikat doang pun sudah jadi kalimat. Trus nggak usah terlalu baku juga....malah kaku dan lucu jadinya...hehehe

      Hapus
  6. keceeee mak ilmunyaaa..
    jd ngefiksi lg neh,:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus selalu nambah ilmu dong....biar semakin bagus tulisannya...ya kaaan ;)

      Hapus
  7. Wah, aku gagal ikutan yang ini yak...
    PAk kepsek emang selalu bikin semangat belajar ya mbak Ika :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mb Wati...makin tahu, makin tambah ilmu...
      makin semangat untuk terus belajar nulis yang baik.. :)

      Hapus
  8. Balasan
    1. Aamiin...semoga, jadi bisa ketemu lagi deh... :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com