Lebaran dari Masa ke Masa

Dear Friends,
Sebelumnya maaf lahir batin dulu ya, mumpung masih dalam suasana Lebaran. Pasti banyak deh, tulisan-tulisan yang mungkin kurang enak dibaca atau menyinggung (mudah-mudahan sih nggak ada yang kesinggung ya). By the way, ini postingan pertama saya setelah hibernasi berminggu-minggu akibat drama PPDB dan mudik juga. Di kampung halaman saya Purworejo, entah kenapa sinyal susyaaah bener. Mau update berita aja harus ngungsi ke kota dulu. Ya sudah lah, mungkin saya memang harus fokus sama urusan keluarga dulu.

Lebaran memang menjadi moment istimewa bagi setiap orang. Lebaran adalah saat dimana kita bisa berkumpul, bersilaturrahim bersama keluarga dan handai taulan. Lebaran adalah saat dimana dosa-dosa kita dileburkan. Lebaran adalah saatnya mengukir indahnya kenangan. Aiih..malah mendadak mellow nih.  :'(

Ingatan saya kembali ke masa kecil, dimana Lebaran adalah saat yang paling dinanti-nanti. Pasalnya hanya saat Lebaran sajalah saya bisa memakai baju baru dan sandal baru. Saya ingat betul, biasanya beberapa hari menjelang Lebaran Om dan Tante saya yang bekerja di luar kota selalu pulang. Dengan sabar saya menunggu kepulangan mereka di depan rumah. Terbayang sudah baju dan sandal baru yang akan mereka bawakan untuk saya. Aah, tak sabar ingin memamerkannya pada teman-teman saat sholat Ied nanti, begitu pikir saya.

Selain baju dan sandal baru, aktivitas saat menyambut Lebaran yang paling saya suka adalah menyiapkan kue-kue untuk pengisi meja. Biasanya Ibu membuat sendiri kue-kue yang akan disajikan pada tamu yang bersilaturrahim Lebaran nanti. Kue-kuenya juga sederhana. Ada rengginang, pastel kering, keripik pisang, wajik klethik, rempeyek, kue satu dan sebagainya. Ibu juga lebih suka membuat sirup sendiri. Ibu paling sering membuat sirup rasa sirsak berwarna hijau. Selain itu, masakan Ibu saat Lebaran juga selalu istimewa. Opor ayam kampung atau menthog, ayam goreng, sayur lodeh tak pernah absen menjadi penghuni meja makan rumah kami.
Pastel kering isi abon
Wajik Klethik
Keripik Pisang
Rengginang
Sirup Sirsak
Tiga puluh tahun lebih berlalu, semuanya berubah. Ibu sudah tiada, kebiasaanpun juga berubah. Kini kue-kue Lebaran tinggal pesan atau beli jadi. Anggota keluarga besar kami bertambah banyak, bahkan kami harus berdesakan untuk bisa tidur. Tapi kami bahagia.  Meski kini sebagian keluarga sudah memiliki keluarga inti masing-masing, tapi kami selalu berusaha untuk berkumpul di rumah keluarga di Purworejo. Tempat tinggal saya dan keluarga besar memang terpisah jarak yang cukup jauh. Hanya pada saat Lebaran dan acara keluarga saja kami semua bertemu. Meski raga terpisah jauh, tetapi hati kami selalu dekat.

Sebagian anggota keluarga besar
Lebaran selalu berkesan buat saya. Lebaran selalu membuat saya rindu pulang ke kampung halaman.
 

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Saudara Mbak Ika berapa sih? Kok jadi banyaaaaak banget itu.
    Mohon maaf lahir batin ya, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sih cuma 4 bersaudara..tapi kalo ngumpul bareng-bareng sama keluarga dari Ibuku yg jumlahnya 8 bersaudara. Jadi banyak kaan..
      Maaf lahir batin juga ya..say :)

      Hapus
  2. kadang kangen ya mbak suasana lebaran bertahun-tahun silam... banyak hal yg sudah berubah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya...rasanya nggak pengen Lebaran cepat berlalu :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. Hehe...aku juga pengeeen banget bisa makan pastel seperti bikinan Ibu lagi...hiks

      Hapus
  4. sirup sirsaaaakkk, wah beruntungnya mb ita kecil dibikinkeun sirup alami dari ibu ya mb
    aku suka wajik klethik, ada yang mau kirimin akuh ahahahha
    minal aidin wal faidzin geh mb ita
    samaaaa, aku juga susah sinyal ahai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..iya, Ibuku rajin kalo masalah urusan bikin-bikin kue dan sebagainya.
      Maaf lahir batin juga Te Mbul :D

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com