Dear friends,
Saya tak pernah menyangka, akhirnya tahun ini bisa traveling ke tanah Borneo. Tanah yang jaraknya ribuan kilometer, bahkan terpisah oleh lautan yang luas. Tanah Borneo yang hanya bisa ditempuh melalui laut dan udara ketika kita hendak kesana. Untuk saya yang hanya seorang perempuan biasa, perjalanan ini adalah sebuah kesempatan luar biasa.
Mimpi yang Jadi Nyata
Hati saya bersorak, jantung saya berdegup kencang ketika membaca sebuah pesan bahwa saya mendapat pekerjaan untuk roadshow ke beberapa kota. Salah satunya adalah Balikpapan. Alhamdulillah. Saya langsung gercep, bikin rencana untuk bertualang di bumi Borneo.
Bisa dibilang, mendapatkan pekerjaan seperti ini adalah impian yang menjadi nyata. Beberapa tahun lalu, saya iri sekali pada teman saya yang bisa bekerja sambil traveling. Apalagi pekerjaannya berada di luar kota bahkan luar pulau. Lalu saya tulis sebuah afirmasi positif bahwa suatu saat, saya juga bisa mendapatkan pekerjaan seperi dia. Bekerja sambil traveling. Dan semuanya menjadi nyata tahun ini. Terima kasih Allah.
Beruntung saya diberi kebebasan untuk hunting tiket sendiri, jadi saya bebas mau kemana saja setelah selesai bekerja. Lalu saya ingat, wishlist tempat-tempat yang paling ingin saya kunjungi. Salah satu kota yang ingin saya datangi adalah Tarakan. Kebetulan, kota yang terletak di propinsi Kalimantan Utara itu tak begitu jauh dari Balikpapan. Hanya sekitar 1 jam dari Balikpapan, menggunakan pesawat. Kebetulan saya mendapatkan tiket pesawat ATR, jadi perjalanan lebih lama sekitar 35 menit dibanding dengan pesawat besar.
Perjalanan ke Tarakan
Selepas acara, saya langsung ngacir ke bandara Sepinggan. Pasalnya pesawat menuju Tarakan dijadwalkan take of pukul 15.40 WITA, sedangkan saya belum check in. Setelah check in, ternyata pesawat delay satu jam. Hfft...saya bisa menghela nafas sejenak. Ya maklum aja, saya habis keliling bandara Sepinggan. Chek in di pojok timur, sedangkan ruang tunggu di ujung barat. Fiuuuh.
Akhirnya sekitar pukul 16.25 WITA, pesawat yang akan membawa saya ke Tarakan "on boarding". Perlahan pesawat kecil ini terbang meninggalkan bandara Sepinggan. Cuaca berawan tetapi matahari cukup menyengat. Saat matahari benar-benar terbenam, pesawat akhirnya landing juga di bandara Juwata Tarakan. Saya pun segera memberi kabar pada sahabat saya yang berjanji akan menjemput saya di bandara.
Tak berapa lama, sahabat saya datang dan mengantarkan saya menuju hotel tempat saya menginap. Untungnya saya sudah booking hotel jauh-jauh hari lewat Traveloka, jadi nggak bingung lagi cari-cari hotel di lokasi tujuan.
Tiba di hotel saya langsung bebersih dan bersiap untuk cari makan malam. Kata sahabat saya, Tarakan itu kota kecil jadi kemana-mana dekat. Ooh, syukurlaaah. Jadi, nggak harus berlama-lama menahan lapar. Hihi.
Ternyata Tarakan emang beneran kemana-mana dekat, nyatanya hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai ke sebuah tempat makan. Sahabat saya memilih resto ala Korea, karena saya memang sedang tidak ingin makan berat. Sembari makan malam, kami ngobrol sambil menyusun rencana untuk eksplor Tarakan esok pagi. Saya sih manggut-manggut aja, ngikut aja kemana dia akan membawa saya besok.
Sekembalinya ke hotel, saya membayangkan akan mendapatkan petualangan luar biasa di Tarakan besok pagi.
Petualangan tak Terlupakan di Tarakan
Beruntung saya diberi kebebasan untuk hunting tiket sendiri, jadi saya bebas mau kemana saja setelah selesai bekerja. Lalu saya ingat, wishlist tempat-tempat yang paling ingin saya kunjungi. Salah satu kota yang ingin saya datangi adalah Tarakan. Kebetulan, kota yang terletak di propinsi Kalimantan Utara itu tak begitu jauh dari Balikpapan. Hanya sekitar 1 jam dari Balikpapan, menggunakan pesawat. Kebetulan saya mendapatkan tiket pesawat ATR, jadi perjalanan lebih lama sekitar 35 menit dibanding dengan pesawat besar.
Perjalanan ke Tarakan
Selepas acara, saya langsung ngacir ke bandara Sepinggan. Pasalnya pesawat menuju Tarakan dijadwalkan take of pukul 15.40 WITA, sedangkan saya belum check in. Setelah check in, ternyata pesawat delay satu jam. Hfft...saya bisa menghela nafas sejenak. Ya maklum aja, saya habis keliling bandara Sepinggan. Chek in di pojok timur, sedangkan ruang tunggu di ujung barat. Fiuuuh.
dokpri. Menunggu boarding di bandara Sepinggan |
Akhirnya sekitar pukul 16.25 WITA, pesawat yang akan membawa saya ke Tarakan "on boarding". Perlahan pesawat kecil ini terbang meninggalkan bandara Sepinggan. Cuaca berawan tetapi matahari cukup menyengat. Saat matahari benar-benar terbenam, pesawat akhirnya landing juga di bandara Juwata Tarakan. Saya pun segera memberi kabar pada sahabat saya yang berjanji akan menjemput saya di bandara.
Tak berapa lama, sahabat saya datang dan mengantarkan saya menuju hotel tempat saya menginap. Untungnya saya sudah booking hotel jauh-jauh hari lewat Traveloka, jadi nggak bingung lagi cari-cari hotel di lokasi tujuan.
Tiba di hotel saya langsung bebersih dan bersiap untuk cari makan malam. Kata sahabat saya, Tarakan itu kota kecil jadi kemana-mana dekat. Ooh, syukurlaaah. Jadi, nggak harus berlama-lama menahan lapar. Hihi.
Ternyata Tarakan emang beneran kemana-mana dekat, nyatanya hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai ke sebuah tempat makan. Sahabat saya memilih resto ala Korea, karena saya memang sedang tidak ingin makan berat. Sembari makan malam, kami ngobrol sambil menyusun rencana untuk eksplor Tarakan esok pagi. Saya sih manggut-manggut aja, ngikut aja kemana dia akan membawa saya besok.
Sekembalinya ke hotel, saya membayangkan akan mendapatkan petualangan luar biasa di Tarakan besok pagi.
Petualangan tak Terlupakan di Tarakan
Paginya saya bangun dengan hati membuncah. Pasalnya hari ini saya akan bertualang di kota Tarakan. Itinerary sudah ditentukan dan beberapa lokasi sudah dipilih. Setelah sarapan, saya repacking barang bawaan sekaligus check out, karena hari ini saya akan pindah hotel.
Hari sudah menjelang siang ketika sahabat saya menjemput saya di hotel. "Kita ke mangrove dulu aja, ya," ujarnya. "Boleeeh,"jawab saya. Ternyata Tarakan baru saja diguyur hujan, jadi meskipun sudah menjelang tengah hari suasananya nggak terlalu panas.
Konservasi Mangrove dan Bekantan
Ternyata nggak butuh waktu lama untuk sampai di konservasi mangrove, hanya 10 menit udah sampai. Setelah memarkirkan kendaraan, kami pun berjalan menuju loket masuk. Tiketnya murah kok, nggak sampai 10ribu rupiah.
Jalan setapak yang terbuat dari kayu masih terlihat basah ketika kami masuk ke hutan mangrove. Ternyata hutan ini merupakan kawasan konservasi mangrove dan bekantan. Waaah, jadi pengen ketemu sama bekantannya deh. Iyaa, hewan yang jadi ikon Dufan itu ternyata merupakan hewan endemik pulau Kalimantan. Sayangnya kawanan bekantannya sudah selesai makan, dan balik ke atas pepohonan lagi. Saya hanya bisa melihat dan mendengar suara mereka dari kejauhan. Nggak pa-pa deh, lihat dari jauh aja udah seneng banget.
Nggak cuma bisa melihat bekantan, hutan mangrove ini cukup instagramable untuk foto-foto.
Sulit percaya bahwa hutan mangrove ini sebenarnya berada di kota, karena suasananya seperti hutan belantara. Kawasan mangrove seluas 22 hektar ini terdapat beberapa jenis mangrove mulai dari mangrove yang berakar tunjang, berakar nafas, maupun berakar lutut. Ada juga mangrove berjenis api-api (avicennia spp ), pidada (sonneratia spp.), kendeka (bruguiera spp.), dan beragam jenis mangrove lainnya.
Selain bekantan, ada beberapa hewan lainnya yang hidup berkeliaran di hutan mangrove ini seperti kadal, salamander, dan tupai. Saya sempat merekam tupai kecil yang sedang bermain di area tempat makan bekantan. Lucu, deh.
Rumah Adat Suku Tidung
"Kita ke rumah adat, ya. Mau?" tanya sahabat saya. "Ya, mau lah," saya antusias menjawab. Apalah saya, ditawari kemana aja mauan anaknya. Hihi. Sejurus kemudian, dia mengarahkan kendaraannya menuju lokasi berikutnya yaitu rumah adat suku Tidung.
Rumah adat suku Tidung ini lokasinya agak jauh dari kota. Pantesan aja, jalanan yang kami lalui sepi, tak nampak lalu lalang kendaraan lain selain kendaraan kami. Baloy Mayo Djamaloel Qiram, begitu orang setempat menyebutnya, dibangun pada tanggal 04 April 2004 dan diresmikan oleh Drs Yurnalis Ngayoh, MM (Plt Gubernur Kaltim) pada tanggal 04 Agustus 2006.
Siang itu hanya kami berdua saja yang menjadi pengunjung rumah adat suku Tidung ini. Dari luar, rumah adat in sudah nampak begitu megah dan asri. Seluruh bangunan terbuat dari kayu ulin dengan bunga-bunga cantik beraneka warna yang menghiasinya. Menurut informasi dari seorang bapak tua yang kami temui, ternyata rumah adat ini dibangun dengan dana pribadi Bapak H. Mochtar Basry Idris, (Kepala Adat Besar Dayak Tidung Kalimantan Timur) yang bergelar Amiril Pengiran Mahkuta Adji Radin Alam Adji Pengiran.
Suku Tidung mempunyai sejarah yang sangat panjang dan tercatat didalam sejarah. Para bangsawan Suku Tidung ini telah mulai memerintah kerajaan Tidung sejak tahun 1076 hingga tahun 1916. Dulu, ada dua kerajaan besar di kawasan ini, yaitu Kerajaan Tidung atau kerajaan Tarakan yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan Salim Batu, dan Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas.
Berdasarkan sejarah, dipesisir timur Pulau Tarakan yaitu di Kawasan Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno.
Museum Perang Dunia II di Tarakan
Oh iya, selain bisa melihat benda-benda bersejarah peninggalan Perang Dunia II, kita juga bisa menonton film sejarah kota Tarakan loh di gedung museum ini. Saya dan sahabat ditawari oleh petugas untuk ikutan nonton film dokumenter bersama anak-anak sekolah. Kesempatan baik, nggak boleh dilewatkan.
Pantai Amal
Sebelum ke pantai, sahabat saya sudah bilang kalau pantai ini tidak seperti pantai-pantai lain yang memiliki pasir untuk bermain atau sekedar jalan-jalan di pinggirnya. Jadi, kami hanya duduk di pinggir pantai sambil makan ikan bakar, kapah rebus, pisang peppe dan minum es kelapa muda.
Di pinggiran pantainya terdapat banyak warung-warung tenda dengan menu yang rata-rata sama. Tak ada yang kami lakukan selain hanya duduk di pinggir pantai sambil memandang lautan lepas yang berwarna kebiruan.
Saking asiknya menikmati makanan dan pemandangan lautan luas, nggak terasa matahari sudah mulai terbenam. Badan mulai berasa penatnya. Jalan seharian ternyata capek juga, hihi. Kayaknya enak nih, kalau bisa pijat relaksasi. Jadi, nanti sampai hotel tinggal bobo cantik deh.
Karena hari sudah malam, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan hari ini dengan makan malam di sebuah restoran Korea.
Aaah, betapa saya ingin mengulang kembali petualangan yang tak terlupakan di Tarakan. Masih banyak petualangan seru yang bakal saya lakukan di Tarakan.
Tarakan, I'll see you very soon.
Hari sudah menjelang siang ketika sahabat saya menjemput saya di hotel. "Kita ke mangrove dulu aja, ya," ujarnya. "Boleeeh,"jawab saya. Ternyata Tarakan baru saja diguyur hujan, jadi meskipun sudah menjelang tengah hari suasananya nggak terlalu panas.
Konservasi Mangrove dan Bekantan
Ternyata nggak butuh waktu lama untuk sampai di konservasi mangrove, hanya 10 menit udah sampai. Setelah memarkirkan kendaraan, kami pun berjalan menuju loket masuk. Tiketnya murah kok, nggak sampai 10ribu rupiah.
Jalan setapak yang terbuat dari kayu masih terlihat basah ketika kami masuk ke hutan mangrove. Ternyata hutan ini merupakan kawasan konservasi mangrove dan bekantan. Waaah, jadi pengen ketemu sama bekantannya deh. Iyaa, hewan yang jadi ikon Dufan itu ternyata merupakan hewan endemik pulau Kalimantan. Sayangnya kawanan bekantannya sudah selesai makan, dan balik ke atas pepohonan lagi. Saya hanya bisa melihat dan mendengar suara mereka dari kejauhan. Nggak pa-pa deh, lihat dari jauh aja udah seneng banget.
Nggak cuma bisa melihat bekantan, hutan mangrove ini cukup instagramable untuk foto-foto.
dokpri. kawasan konservasi mangrove dan bekantan, Tarakan |
Sulit percaya bahwa hutan mangrove ini sebenarnya berada di kota, karena suasananya seperti hutan belantara. Kawasan mangrove seluas 22 hektar ini terdapat beberapa jenis mangrove mulai dari mangrove yang berakar tunjang, berakar nafas, maupun berakar lutut. Ada juga mangrove berjenis api-api (avicennia spp ), pidada (sonneratia spp.), kendeka (bruguiera spp.), dan beragam jenis mangrove lainnya.
dokpri. Cuma bisa pegang patung bekantannya aja udah hepi |
Selain bekantan, ada beberapa hewan lainnya yang hidup berkeliaran di hutan mangrove ini seperti kadal, salamander, dan tupai. Saya sempat merekam tupai kecil yang sedang bermain di area tempat makan bekantan. Lucu, deh.
Rumah Adat Suku Tidung
dokpri. Saya di depan salah satu baloy |
"Kita ke rumah adat, ya. Mau?" tanya sahabat saya. "Ya, mau lah," saya antusias menjawab. Apalah saya, ditawari kemana aja mauan anaknya. Hihi. Sejurus kemudian, dia mengarahkan kendaraannya menuju lokasi berikutnya yaitu rumah adat suku Tidung.
Rumah adat suku Tidung ini lokasinya agak jauh dari kota. Pantesan aja, jalanan yang kami lalui sepi, tak nampak lalu lalang kendaraan lain selain kendaraan kami. Baloy Mayo Djamaloel Qiram, begitu orang setempat menyebutnya, dibangun pada tanggal 04 April 2004 dan diresmikan oleh Drs Yurnalis Ngayoh, MM (Plt Gubernur Kaltim) pada tanggal 04 Agustus 2006.
Siang itu hanya kami berdua saja yang menjadi pengunjung rumah adat suku Tidung ini. Dari luar, rumah adat in sudah nampak begitu megah dan asri. Seluruh bangunan terbuat dari kayu ulin dengan bunga-bunga cantik beraneka warna yang menghiasinya. Menurut informasi dari seorang bapak tua yang kami temui, ternyata rumah adat ini dibangun dengan dana pribadi Bapak H. Mochtar Basry Idris, (Kepala Adat Besar Dayak Tidung Kalimantan Timur) yang bergelar Amiril Pengiran Mahkuta Adji Radin Alam Adji Pengiran.
dokpri. Balai utama rumah adat suku Tidung |
Suku Tidung mempunyai sejarah yang sangat panjang dan tercatat didalam sejarah. Para bangsawan Suku Tidung ini telah mulai memerintah kerajaan Tidung sejak tahun 1076 hingga tahun 1916. Dulu, ada dua kerajaan besar di kawasan ini, yaitu Kerajaan Tidung atau kerajaan Tarakan yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan Salim Batu, dan Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas.
Berdasarkan sejarah, dipesisir timur Pulau Tarakan yaitu di Kawasan Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno.
Museum Perang Dunia II di Tarakan
dokpri. Museum Perang Dunia II di Tarakan |
Awalnya saya hanya ingin melihat kemegahan gedung Islamic Center Tarakan, tetapi sahabat saya menunjukkan dua gedung bercat putih yang berada di samping Islamic Center. Kayaknya menarik juga. Dua gedung kembar ini sama-sama gedung museum. Gedung sebelah kanan adalah Museum Perang Dunia II di Tarakan, dan gedung sebelah kiri adalah Museum Perminyakan di Tarakan.
Benda-benda bersejarah disimpan dalam museum sebagai bentuk nyata untuk menghormati dan menghargai perjuangan pada pahlawan pada masa itu. Oleh karena itu, museum dapat difungsikan menjadi tempat pendidikan dan wisata.
Museum PD II di Kota Tarakan ini memiliki nilai sejarah yang kuat dimana benda-benda yang disimpan di dalamnya berasal dari hibah warga setempat dan warga asing dari Australia. Sedangkan Museum Perminyakan, benda-benda bersejarah yang berada di sana merupakan hibah dari PT Pertamina EP Asset 5 Field dan PT Medco E&P Tarakan.
Pantai Amal
dokpri. suasana di Pantai Amal Tarakan |
Sebelum ke pantai, sahabat saya sudah bilang kalau pantai ini tidak seperti pantai-pantai lain yang memiliki pasir untuk bermain atau sekedar jalan-jalan di pinggirnya. Jadi, kami hanya duduk di pinggir pantai sambil makan ikan bakar, kapah rebus, pisang peppe dan minum es kelapa muda.
Di pinggiran pantainya terdapat banyak warung-warung tenda dengan menu yang rata-rata sama. Tak ada yang kami lakukan selain hanya duduk di pinggir pantai sambil memandang lautan lepas yang berwarna kebiruan.
Saking asiknya menikmati makanan dan pemandangan lautan luas, nggak terasa matahari sudah mulai terbenam. Badan mulai berasa penatnya. Jalan seharian ternyata capek juga, hihi. Kayaknya enak nih, kalau bisa pijat relaksasi. Jadi, nanti sampai hotel tinggal bobo cantik deh.
Karena hari sudah malam, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan hari ini dengan makan malam di sebuah restoran Korea.
dokpri. Makan malam |
Tarakan, I'll see you very soon.
51 Komentar
Wow, seneng banget dong bisa jalan2 sambil kerja. Jadi ini destinasinya dirimu yang nentuin sendiri, ya?
BalasHapusIya mba Farida, setelah selesai kerja bebas mau kemana aja, hehe
HapusBahagia ya mbak akhirnya mimpi juga bisa jadi nyata. Aku juga punya keinginan bisa liburan di pulau jawa. Mba ika sudah ke kalimantan timur dan lihat keindahan alamnya. Smoga aku juga bs ke sana. .aamiin
BalasHapusBahagia bangt mba Hap. Aamiin, semoga suau saat bisa kesana ya mbaa
HapusMenyenangkan banget Mbak Ika. Lihat foto-fotonya bikin pingin jelong-jelong sampai sana. Traveloka Xperience memang spesial banget��
BalasHapusPuol menyenangkan banget mbaa, alhamdulillah banget pokoknya.
HapusIya, untungnya ada Traveloka Xperience, petualangan makin seru jadinya
Waaah mbak Ika keren banget sudah jalan jalan sampai tanah Borneo. Aku juga pengeeen. Kapan ya sampai sana. Terus berharap berdoa dan bermimpi serta berusaha
BalasHapusAlhamdulillah rezeki mba Dian. Semoga mb Dian bisa kesana juga suatu saat ya
HapusAsyiknyaaaaa...ah aku pengen juga deh punya sahabat di sana, kalau2 suatu saat terdampar di sana. Hehe..
BalasHapusAsik banget mba Tanti. Manfaatin sahabat yg tinggal di sana..hihi
HapusHuwaa komplit banget nih. Kerja dapet, healing dapet, refreshing jg. Alhamdulillah ya mba. Kapan2 kesini lg biar bisa liat bekantan dr deket. Hihihi
BalasHapusHihi, iyaa Lu. Alhamdulillah, bersyukur bisa dapat semua. InsyaAllah pasti mau balik lagi, penasaran pengen liat bekantan dari deket
HapusWuih asik banget,, hutannya di tengah kota.
BalasHapusAku menyimpulkan, kalo mau ketemu bekantan berarti harus datang pagi2 yaa,, sebelum mereka makan.
Iya betul Lint, pas kesana aku cuma liat sisa2 makanannya doang
Hapusfiturnya makin komplit ya mbak, pokoknya memudahkan kita yang butuh hiburan dalam berbagai bentuk hehehe
BalasHapusIya mb Wuri, bahkan di Tarakan pun bisa nemu Xperience seru loh
HapusSeruu banget jalan2 di Tarakannya...itu yg pas di hutan mangrove ada bekantan benerannya kan Mba...
BalasHapusSeru banget mbaaa. Iya ada bekantan aslinya, tapi pas di atas pohon semua
HapusKaget aku tadi kirain bekantan asli, Mbak. Duh, baca ini jadi diingatkan afirmasi positif. Harus banget ini mbak. Beberapa kali afirmasi positif bener2 kesampaian. Makasih tulisannya mbak Ika :D
BalasHapusHihi...patungnya doang itu mb Anita. Yg asli ngumpet di atas pohon. Iya, afirmasi positif itu ternyata nyata hasilnya loh.
HapusAlhamdulillah ya mba, tercapai juga salah satu wishlist untuk bisa bekerja sembari eksplore keindahan bumi Indonesia. Apalagi kalau ditemani fitur Xperience dari Traveloka yang bikin kita enggak gabut kala berada di suatu daerah karena dapet petunjuk bisa jalan-jalan kemana saja, bahkan bisa nemu spa gitu.
BalasHapusIya mb Niek, alhamdulillah banget akhirnya trcapai juga impianku
HapusAlhamdhulilah bisa menjejak di Tarakan ya mbak, bisa ketemu bekantan walaupun liatnya dari jarak jauh. Aku baru tau juga di Tarakan ada museum perang dunia
BalasHapusTripnya seru pun mbak Ika.
BalasHapusJadi bisa tahu sisi-sisi Tarakan yang wajib kunjung.
Semoga segera bisa ngetrip seseru tripnya mbak Ika.
Masih wishlist ni ke Kalimantan, padahal banyak sepupu di sana tapi di Sampit, semoga ada rezekinya aamiin..penasaran lihat bekantan di habitat aslinya..
BalasHapusHobi yang dibayar memang pekerjaan Paling menyenangkan yaa mbak. Senang deh lihat mbak ika bisa jalan2 ke sana2 sambil berbagi manfaat ke banyak orang. Masya Allah semoga berkah ya mbak. Btw seru Juga sekarang kalau jalan2 sudah ada Traveloka Xperience..🤩🤩🤩
BalasHapusMba Ikaaaaa, sehat sehat teruussss yaaa
BalasHapusagenda jalan2nya makin puadeeett heheheheh
Aku blum pernah ke Tarakan nih
moga2 next year bisa cuss ke sana, pakai Traveloka!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Wuah seru sekali petualangannya di Tarakan. Traveloka Xperience ini fitur2nya memang komplit ya. Habis jalan-jalan terus pijat relaksasi, duh langsung badan seger lagi ya.
BalasHapusItu hutan mangrovenya cantik banget, bagus buat pepotoan :D
Jadi pengen deh cobain cobain jalan-jalan pakai Traveloka Xperience. Nggak bakal takut nyasar dan bingung di tempat tujuan ya. Sampai layanan spa aja tersedia di sini. Mupeeng sama Mbak Ika. Jalan-jalannya jauh pisan euy
BalasHapuswaw..keren juga ya Tarakan...Apalagi ada Traveloka xperience...semakin banyak kemudahan untuk menjelajah daerah2 yang cantik seperti Tarakan ini...
BalasHapusalhamdulillah ya sampai di Kaltim, saya luar biasa ngences bacanya hahahah.. secara gitu, Balikpapan adalah kota kelahiran dan 5 tahun mukim di sana, lalu pindah Samarinda - Nunukan - Berau dan terakhir Kaltara atau Tarakan.
BalasHapusbesar di Tarakan sungguh pengalaman indah tak terlupakan seumur hidup, saya alumni SMANSA dan SMP YPPD di sana, SD juga biar hanya kelas 6 di SDK Tunas Kasih tapi jalinan persahabatan dengan teman teman masih erat.
tulisan ini bener bener mengobati kangen. PS yang di baloy itu sahabatku alumni SMANSA namanya Hj Lily hihi...
ya ampun kak nemu spa di tarakan itu sesuatu banget ya...
BalasHapusSenengnya bisa jalan-jalan sambil bekerja. Buah dari usaha dan doa ya mbak.. Semoga saya pun bisa mencontohnya...tfs..
BalasHapusjadi kangen sama kalimantan. eksotisme hutan mangrove memang tiada duanya
BalasHapuswaah aku blom pernah ke Tarakan nih mba..
BalasHapusbbrp kali mau ke sana dians, batal muluk..
temenku pernah ada yg tugas di polres di tarkan nunggu aku dinas ke sana ga jadi2 msp dia pindah tugas hahaha
Senangnya bisa lihat langsung bekantan mbak ikaa. Aku selama ini cuma baca-baca aja nih tentang hewan yang mirip monyet tapi hidungnya mancung
BalasHapusPengalaman luar biasa ini Mak Ika. Ternyata di Tarakan, kota kecil di Kalimantan Utara ada juga yang bisa dinikmati via Traveloka Xperience ya.
BalasHapusWhoaa Kalimantan Timur, ada paman di sana
BalasHapusBersyukur ya mbak bisa dapatin pengalaman traveling ke Tarakan
Dulu tahu Bekantan dari buku RPUL, ini Mbaknya bisa bertemu dg satwanya langsung ya hehe
Traveloka Xperience bikin mupeng untuk jalan2 huhuuu
Wah, Mba enak banget ya dpt kerjaan road show gt. Itu impian saya juga sih.. xixixi. Dan bermanfaat banget tuh ada traveloka experience. Waktu luang jadi terisi padat menuju lokasi wisata yg kita inginkan.
BalasHapusMbak Ika enak nih me time di Tarakan. Kalau jelong2 sendiri sekalian cari tiket dan lainnya di Traveloka Xperience. Mantul bangettt
BalasHapusBeruntung banget mbak Ikaa...aku yang lahir besar di Bontang aja blom pernah ke sana. Kata Bapakku dulu, Tarakan itu medan jalurnya susah, takut kalau nanti anak istrinya ada mabok diajak jalan ke sana. Ehh tapi skg dari Sepinggan ke Tarakan aja udah ada pesawatnya ya? Jadi kangen pengen balik ke Bontang, trus main ke Tarakan.
BalasHapusMeskipun di daerah yang asing dan jauh dari rumah, berkat Traveloka Xperience masih bisa cari tempat untuk memanjakan diri seperti Spa ya...asyik, deh!
BalasHapusAlhamdulillah, sepertinya berkesan banget Tarakan ya mbak, namanya dream comes true kebayang deh rasanya..Tarakan memang indah ya..
BalasHapusHayuk Dew kapan nih GRes piknik ke Tarakan hehehe... ngebayangin seru banget ya pasti, kemriyek kita jalan-jalan ke sana menyambangi tempat-tempat yang oke banget kayak Mba Ika.
Hapushihi temannya sampai kaget kok mbak.bs tau tempat treatment. padahal baru ajah sampai tarakan. emang kece deh hunting tempat rekreasi dan relaksasi via traveloka xperience
BalasHapusOh di Tarakan itu tempatnay konveservasi bekantan ya mbak, seru juga ya jalan-jalan ke sana. Mangrovenya ada di kota, bisa adem kotanya ya jadi jauh dari polusi
BalasHapusKepingin jugs explore ke Tarakan mba,, sekarang lbih praktis dan lengkap ya dengan Traveloka xperience semua bayar hanya dgn satu pintu
BalasHapusAku pernah tinggal di Tarakan mbak Ika. Masa kecilku di sana. Ayahku dulu kerja di perusahaan asing di Tarakan
BalasHapusSungguh, Traveloka Xperience ini bikin kita bisa seseruan kapan saja dan di mana saja ya. Bisa bikin kita pilih seseruan dekat yang sesuai dengan kondisi dompet.
BalasHapusMasyaa Allah bagus semua tempat wisata di Tarakan. Aku terpesona dengan rumah adatnya. Cantik banget. Hutan manggrov juga rapi gitu jalannya ya. Nyaman banget nggak kelihatan panas.
BalasHapusaku nggak nyangka sekarang fitur traveloka makin lengkap. harus segera instal nih biar aku pelajari traveloka experience yang ada di kotaku apa aja
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan tidak meninggalkan link hidup. Jangan lupa komentarnya yaaa.....
bundafinaufara.com